Rabu, 02 September 2015

Universitas Muhammadiyah Malang

 Hasil gambar untuk umm
 

universitas Muhamadiyah malang (kampus putih) adalah universitas swasta yg berakreditas A berada di jln. raya tlogomas 246 kota malang dan universitas muhamdiyah malang  adalah salah satu universitas terbaik di malang.dan merupakan perguruan tinggi Muhammadiyah terbesar di Jawa Timur

universitas Muhammdiyah atau di singkat umm memiliki sarana dan prasarana yg tidak kalah dari uneversitas negeri lainya. 

disini mahasiswa baru atau maba di didik untuk berani menyampaikan pendapat dan  berani menjadi pemimpin mahasiswa umm lebih mudah berinteraksi antara satu sama lain sehingga mahasiswa baru di umm menjadi lebih nyaman dan mudah bergaul antara junior dan senior

 

Dasar dan Tujuan

Universitas Muhammadiyah Malang menyusun dan mengembangkan program berdasarkan pada:
  1. Pancasila dan UUD 1945,
  2. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
Adapun dalam kegiatan operasionalnya Universitas Muhammadiyah Malang berpedoman pada:
  1. Qoidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah tahun 1999,
  2. Statuta Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2001,
  3. Peraturan-peraturan lain yang terkait.
Tujuan penyelenggaraan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang adalah sebagai berikut.
  1. Menghasilkan lulusan yang beriman, bertaqwa, menguasai IPTEKS, profesional, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan mandiri menuju terwujudnya masyarakat lebih madhani.
  2. Meningkatkan kegiatan penelitian sebagai landasan penyelenggaraan pendidikan dan mengembangkan IPTEKS.
  3. Menghasilkan, mengamalkan, mengembangkan dan menyebar luaskan IPTEKS dalam skala regional, nasional dan internasional.
  4. Mewujudkan pengelolaan yang terencana, terorganisir, produktif, efektif, efisien, dan terpercaya untuk menjamin keberlanjutan Universitas.
  5. Mewujudkan civitas akademika yang mampu menjadi teladan dan kehidupan bermasyarakat.
  6. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam lingkup regional, nasional dan internasional untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian terhadap Masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut Universitas Muhammadiyah Malang memaksimalkan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi, yang meliputi:
  1. penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran,
  2. penyelenggaraan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan dan seni serta mempergiat dan memperdalam penelitian ilmu agama Islam dalam rangka mendapatkan kemurnian untuk diamalkan,
  3. penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat.

Kompetensi Lulusan

Kompetensi Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang, dapat berkehidupan yang Islami dan beruswah khasanah, sehingga mampu :
  1. Merancang dan mengimplementasikan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keilmuan yang ditekuni.
  2. Memiliki kreatifitas dan integritas ilmiah.
  3. Memiliki kemampuan mengkaji dan memecahkan masalah di bidang keilmuan saat ini dan yang akan datang dengan dukungan IPTEKS.

Fakultas-Fakultas

Pada awal berdiri, UMM baru membuka beberapa fakultas, yaitu fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Hukum, Ekonomi dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) serta jurusan Ilmu Agama (Cabang dari FAI Universitas Muhammadiyah Jakarta). Seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan zaman, maka UMM telah membuka fakultas-fakultas lain, yaitu Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Fakultas Psikologi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Kesehatan terdiri dari D3 dan S1 Keperawatan, Farmasi, dan Fisioterapi serta Program Pasca Sarjana yang masing-masing mengembang beberapa jurusan. Jurusan atau program studi di UMM baik tingkat diploma 3, Sarjana, Magister maupun Doktoral 40 persen telah terakreditasi A BAN-PT.

Program Diploma 3 (D3)

Terdiri dari 3 Program Diploma, antara lain:
  • Program D-3 Keperawatan (terakreditasi B)
  • Program D-3 Elektronika (terakreditasi B)
  • Program D-3 Keuangan dan Perbankan (terakreditasi B)

Program Sarjana (S1)

Terdapat 10 Fakuktas yang terdiri dari 34 Program Studi Sarjana, antara lain:
  • Fakultas Agama Islam
  1. Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) (terakreditasi A)
  2. Ahwal Al-Syakhshiyah (Syari'ah) (terakreditasi B)
  3. Ekonomi Syari'ah (terakreditasi C)
  • Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
  1. Ilmu Kesejahteraan Sosial (KESOS) (terakreditasi A)
  2. Ilmu Komunikasi (terakreditasi A)
  3. Ilmu Pemerintahan (terakreditasi A)
  4. Sosiologi (terakreditasi A)
  5. Ilmu Hubungan Internasional (HI) (terakreditasi A)
  • Fakultas Ekonomi dan Bisnis
  1. Manajemen (terakreditasi A)
  2. Akuntansi (terakreditasi A)
  3. Ekonomi Pembangunan (terakreditasi B)
  • Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
  1. Pendidikan Matematika (terakreditasi B)
  2. Pendidikan Biologi (terakreditasi A)
  3. Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia (terakreditasi B)
  4. Pend. Pancasila & Kewarganegaraan (terakreditasi B)
  5. Pendidikan Bahasa Inggris (terakreditasi B)
  6. Pend. Guru Sekolah Dasar (PGSD) (terakreditasi B)
  • Fakultas Teknik
  1. Teknik Mesin (terakreditasi B)
  2. Teknik Sipil (terakreditasi B)
  3. Teknik Elektro (terakreditasi B)
  4. Teknik Industri (terakreditasi B)
  5. Teknik Informatika (terakreditasi B)
  • Fakultas Pertanian dan Peternakan
  1. Agroteknologi / Agronomi (terakreditasi A)
  2. Sosial Ekonomi Pertanian (Agribisnis) (terakreditasi B)
  3. Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) (terakreditasi B)
  4. Kehutanan (terakreditasi B)
  5. Peternakan (terakreditasi A)
  6. Budidaya Perairan (Perikanan) (terakreditasi A)
  • Fakultas Psikologi
  1. Psikologi (terakreditasi A)
  • Fakultas Hukum
  1. Ilmu Hukum (terakreditasi A)
  • Fakultas Kedokteran
  1. Pendidikan Dokter (terakreditasi B)
  • Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
  1. Ilmu Keperawatan (terakreditasi C)
  2. Farmasi (terakreditasi B)
  3. Fisioterapi (terakreditasi C)

Program Magister (S2)

Terdiri dari 9 Program Magister, antara lain:
  • Magister Manajemen (terakreditasi A)
  • Magister Agama Islam (terakreditasi A)
  • Magister Hukum (terakreditasi A)
  • Magister Kebijakan Pendidikan (terakreditasi B)
  • Magister Psikologi Sains (terakreditasi B)
  • Magister Sosiologi (terakreditasi A)
  • Magister Agribisnis (terakreditasi B)
  • Magister Pendidikan Matematika (prodi baru, proses akreditasi)
  • Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (prodi baru, proses akreditasi)

Program Doktoral (S3)

Terdiri dari 2 Program Doktoral, antara lain:
  • Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (terakreditasi C)
  • Pendidikan Agama Islam (prodi baru, proses akreditasi)

Pendidikan Profesi

Terdiri dari 7 Program Pendidikan Profesi, antara lain:
  • Dokter (dr.)
  • Perawat / Profesi Ners (Ns.)
  • Farmasi
  • Akuntansi / Profesi Akuntan (Ak.)
  • Pendidikan Advokad
  • Fisioterapis (Physio)
  • Psikolog (M.Psi)


wamena jayawiya


 




  wamena adalah suatu kota yg terletak di tenggah di pulau papua biasa juga ada yg menyebutnya jayawijaya adalah jantung papua. kota wamena satu-satunya  kota terbesar yg terletak di pengunungan tengah papuah dan kota wamena memiliki suhu yg sangat dingin disebabkan karana letaknya yg sangat tinggi dari permukan laut dan kata wamena  sendiri berasal dari bahasa dani yg terdiri dari dua kata yaitu wam dan ena yg berarti babi jinak. di wamena ini tidak seperti kota-kota yg lain yg ada di indonesia karena wamena merupakan surga mutiara yg belum banyak tersentuh di pedalaman  pengunungan tengah papua. di kota wamena memiliki gunumg tertinggi di indonesia dengan nama puncak jaya (4.884 meter dari permukaan laut). Di puncak pegunungan Jayawijaya terdapat salju abadi yang jumlahnya semakin menipis akibat pemanasan global. Selain Puncak Jaya, Pegunungan Jayawijaya memiliki beberapa puncak lain yang lebih rendah, yaitu:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4FtVHhhyaVXV2elBTQ37ww5Ab2GBCa6SlFbu6QFYG1LzTWMGzRmh_7Bha4g-DnymNNTiqDnM83AVo4Uj54e_mJfS1HYT6IU6vQuKP8h-TPYg8LTEfcXJfQ3LKutM5-aqO_JQc9MwR8Ez5/s1600/gunung.jpg  
Puncak Mandala 4.760 mdpl
Puncak Trikora 4.730 mdpl
Puncak Idenberg 4.673 mdpl
Puncak Yamin 4.535 mdpl
puncak Carstenz Timur 4.400 mdpl.


festifal lembah baliem 



selain memiliki keindahan gunung di kota wamena juga memiliki acara budaya yg di sebut festifal lembah baliam dimana festifal  Inilah  yang sangat luar biasa dan telah menjadi daya tarik pengunjung di Papua. Festival Lembah Baliem awalnya merupakan acara perang antarsuku Dani, Lani, dan Suku Yali sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan. Sebuah festival yang menjadi ajang adu kekuatan antarsuku dan telah berlangsung turun temurun namun tentunya aman untuk  Anda nikmati.
Festival Lembah Baliem berlangsung selama tiga hari pada bulan agustus disini kita dapat langsung melihat dan berfoto dengan masyarakat asli wamena yg memiliki ciri masing seperti mengunakan koteka pada laki-laki dan wanita mengunakan saly.
 
bakar batu
dan di wamena juga memiliki ritual memasak yg berbeda dengan kota lain dan juga bisa di bilang sangat unik karena di wamena masyrakat aslinya memiliki cara memasak dengan mengunakan batu yg  masih panas  yg disebut bakar batu dimana proses itu di lakukan banyak orang dimana meraka saling membantu satu sama lain antara laki-laki dan permpuan dalam proses memasak mereka berkerja sama  dan bakar batu juga memiliki tujuan yaitu untuk bersyukur, bersilaturahim (mengumpulkan sanak saudara, kerabat dan   menyambut kebahagiaan (kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku). Tradisi Bakar Batu umumnya dilakukan oleh suku pedalaman/pegunungan lembah baliem dan jug suku dani.


Ritualnya sebagai berikut:
  1. batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar sampai kayu bakar habis terbakar dan batu menjadi panas (kadang sampai merah membara.
  2. bersamaan dengan itu, warga yg lain menggali lubang yang cukup dalam
  3. batu panas tadi dimasukkan ke dasar lubang yg sudah diberi alas daun pisang dan alang2.
  4. di atas batu panas itu ditumpuklah daun pisang, dan di atasnya diletakkan daging babi yg sudah diiris2
  5. di atas daging babi ditutup daun pisang, kemudian di atasnya diletakkan batu panas lagi dan ditutup daun
  6. di atas daun, ditaruh ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayur2an lainya dan ditutup daun lagi
  7. di atas daun paling atas ditumpuk lagi batu panas dan terakhir ditutup daun pisang dan alang2.
Babi yg akan dimasak tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu. Bila babi langsung mati, maka pertanda acara akan sukses, tapi bila tidak langsung mati, maka pertanda acara tidak bakalan sukses. Setelah matang, biasanya setelah dimasak selama 1 jam, semua anggota suku berkumpul dan membagi makanan untuk dimakan bersama di lapangan tengah kampung, sehingga bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.
Hingga saat ini Tradisi Bakar Batu masih terus dilakukan dan berkembang juga untuk digunakan menyambut tamu2 penting yang berkunjung, seperti bupati, gubernur, Presiden dan tamu Penting lainnya. Di sebagian masyarakat pedalaman Papua yg beragama Islam, daging babi diganti dengan daging ayam atau sapi atau kambing, spt di masyarakat adat Walesi di Kab. Jayawijaya.
 
 

fhsdhykt

Nem akhirnya menyadari kejadian sebenarnya mengapa kakaknya, Oak, meninggal. Selama ini dia mengira Gun adalah penyebab kakaknya meninggal. Ia bertanya pada ibu mengapa ia tak tahu hal itu? Ibu menangis seraya membelai rambut Nem, “Aku…tak mau kau merasa malu pada abangmu.” Nem akhirnya menyadari kesalahpahamannya selama ini terhadap Gun. Ia memeluk erat ibunya sembari menangis. Kesedihan menyelimuti kedua wanita itu.
Song dan Gun menginap di sebuah hotel bintang lima, yang juga merupakan tempat tinggal Gun (weeiisshh…nih hotel kayaknya punya ortunya si Gun deh). Song tampak galau. Gun yang melihat sahabatnya itu tampak gelisah, merangkul bahunya dan bertanya ada apa dengannya? Mereka berjalan menuju ruang tamu. Song terdiam sesaat lalu berkata kalau ia bertengkar dengan kakaknya. Gun merasa heran dan bertanya apa yang terjadi? “Dia marah karena aku memukuli pacarnya,” terang Song. Tod yang sedang baring2 di sofa, kaget mendengar ucapan Song. Ia lalu beranjak dari sofa dan berdiri di depan mereka. Bukannya membantu Song menghilangkan kesedihannya, Tod malah mengatai kakak Song ‘bukan perempuan benar’.
Gun menatap tajam Tod karena ucapannya. Merasa ucapannya salah, Tod malah nyengir lebar. “Ups…mulutku tak sengaja,” ujarnya salah tingkah. Song tidak mempermasalahkan ucapan Tod yang dianggap hanya bercanda itu. Gun bertanya pada Song apa dia sudah bilang pada kakaknya kalau pacar kakaknya itu selingkuh? “Sudah, tapi dia tidak percaya. Dia hanya percaya pada laki2 itu,” ucap Song kesal. Tod yang ikutan kesal malah duduk di meja seraya membaca komik yang tergeletak di meja.
“Jika kau tak mau pulang, kau boleh tinggal di sini selama yang kau mau,” ujar Gun seraya memegang pundak Song. Song merasa tersentuh dengan kebaikan sahabatnya itu.
Tiba2 ponsel Song berbunyi, Song mengangkatnya. Ternyata dari Nem. Song bertanya ada apa? Gun yang awalnya duduk, tiba2 beranjak dari kursinya saat ia mendengar Song menyebut nama Nem. Gun tampak penasaran mengapa Nem menelpon Song. Song berkata pada Nem kalau ia tidak bisa. “Jadi..katakan pada Dew, aku bilang ‘Selamat Ulang Tahun,” ucapnya lalu menutup telpon. Gun yang penasaran bertanya apa yang Nem katakan? Song menjawab kalau Nem mengajaknya jalan ke pesta ulang tahun Dew. Tod yang tampak tertarik, beranjak dari duduknya dan bertanya kenapa mereka tidak ke pesta itu? Dia ingin minum2. Ia terus merajuk, “Aku sangat mau…” Kedua sahabatnya hanya bisa memandangi Tod.
 
Akhirnya mereka pergi juga ke pesta ultah Dew di sebuah klub. Mereka bertiga duduk semeja dengan minuman beralkohol di meja mereka. Mereka bertiga tampak galau. “Aku ingin mabuk. Tak enak melihat teman kita berkelahi,” ujar Tod lesu. Gun berusaha menghibur Tod dengan berkata saat Kla sudah tenang, Nick akan minta maaf pada Kla. Gun lalu bertanya pada Song, apa ia sudah bilang pada Nem kalau mereka sudah tiba? Alih2 menjawab pertanyaan Gun, Song malah merogoh saku jaketnya lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil. “Aku ingin membuat kejutan buat Dew,” ujar Song tersenyum seraya menujukkan kotak hadiah itu pada Gun. Gun tersenyum melihat sahabatnya itu  akhirnya tampak gembira.
“Jika suatu saat kau punya pacar, akankah kau lupa pada kami?” tanya Tod pada Song. Song terdiam mendengar pertanyaan Tod yang tiba2 itu. Gun tampak kesal mendengar ucapan Tod dan memukul lengan Tod pelan. Tod dan Gun lalu meminum minumannya. Tiba2 Song melihat Nem dari kejauhan dan memberitahu Gun. Song lalu beranjak menghampiri Nem, begitu pun dengan Gun yang tampak gembira melihat kehadiran Nem. Sebaliknya, Tod memasang wajah kesal karena kedua sahabatnya itu meninggalkannya sendirian. Ia meminum minumannya dengan kesal.
Tiba2 dua orang wanita yang sedari tadi duduk di belakang Tod, menghampiri Tod yang sedang sendirian. Salah seorang dari wanita itu berkata kalau ia membutuhkan bantuan Tod. Tod bertanya bantuan apa? Wanita itu menunjukkan pada Tod seorang pria yang sedang bercengkrama bersama kekasihnya. “Pria itu mencampakkanku karena wanita lain. Bisa kau urus dia?” tanya wanita itu sembari menyodorkan beberapa lembar uang pada Tod. Tod mengambil uang itu dan menyetujui permintaan wanita tadi.
Sementara itu, Song dan Gun menghampiri Nem. Nem mengira kalau Song tidak akan datang. Song melirik ke belakang dan bertanya tentang Dew. Nem berkata kalau Dew datang. Song hendak menghampiri Dew, tapi Nem buru2 menahannya, mencegahnya bertemu dengan Dew. Song merasa heran. “Dia bersama pacarnya,” ucap Nem. Ekpresi Song yang awalnya gembira berubah sedih. Dia seakan tak percaya mendengar ucapan Nem barusan. Song melirik ke arah Gun di belakangnya yang sama terkejutnya dengan Song. Song lalu berbalik pergi dengan langkah lesu. Gun menahan lengannya, namun Song tetap berlalu pergi kembali ke mejanya.
Gun tampak emosi, ia bertanya pada Nem dimana Dew? Nem menunjuk ke arah belakang. Gun yang marah karena kesedihan yang dirasakan sahabatnya, hendak menemui Dew. Namun Nem buru2 menahan lengannya, “Gun! Biar kujelaskan.” Gun akhirnya berhenti dan mencoba mendengar penjelasan Nem.
 
Song kembali ke mejanya dengan langkah lesu. Raut kesedihan tampak jelas di wajahnya, karena orang yang selama ini dia sayangi, balikan lagi sama mantannya. Song lalu meraih gelasnya dan meminum minumannya dengan perasaan kacau. Di sampingnya, Tod sibuk mengamati pria yang sedang bersama kekasihnya tadi sembari menegak minumannya. Melihat pria yang bersama kekasihnya itu beranjak pergi, Tod buru2 menarik Song agar ikut bersamanya. Song merasa heran mereka mau pergi kemana? Tod meminta agar Song ikut bersamanya tanpa bertanya. Song akhirnya menuruti permintaan Tod dan ikut bersamanya.
Pria tadi mengantar kekasihnya ke toilet. Kekasihnya memintanya menunggu di luar toilet lalu beranjak masuk ke toilet. Saat pria tadi berbalik, tiba2 sebuah pukulan mendarat di wajahnya. Tod memukul pria itu hingga terjungkal ke tanah. Kekasih pria tadi berusaha melawan Tod dan berteriak kenapa ia memukul kekasihnya? Song yang hanya berdiri seraya menunduk sedih sedari tadi, tersentak kaget. Dan tanpa mengetahui apapun, ia langsung menarik pria tadi dan menghajarnya habis2an. Tod hendak membantu Song memukul pria itu, namun kekasih pria tadi menahannya. Tod mendorong wanita itu dan menahan tangannya. Wanita itu berteriak minta dilepaskan. Tiba2 Tod melayangkan tamparan ke wajah wanita itu hingga ia jatuh terduduk. Wanita itu merasa marah, apa Tod tahu ia siapa? “Jika kau saja tak tahu, bagaimana aku bisa tahu, dasar bodoh!” umpat Tod kesal.
Gun, Nem dan salah seorang teman Nem datang melerai mereka. Gun menarik Tod dan menahan tangannya. Sementara itu, Song terus memukul pria tadi hingga babak belur di lantai dengan wajah berlumuran darah. Nem berusaha menarik Song agar menghentikan aksinya. Song seakan baru tersadar atas apa yang telah ia lakukan. Petugas keamanan klub itu datang dan mengacungkan tongkat, mengusir mereka keluar dari klub itu. Gun lalu menarik kedua sahabatnya itu meninggalkan tempat itu.
Gun menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia menghubungi seseorang, dan menutup telpon dengan wajah cemas. Ia lalu menoleh ke Tod yang sedang asyik merokok di jok sampingnya seakan2 tidak terjadi apapun. “Kau tahu siapa dia? Putri Wichian Wongtanapanich,” ujar Gun pada Tod. Nem yang duduk di jok belakang bersama Song, terkejut mendengar nama yang Gun sebut barusan. Tod menoleh ke Gun dan dengan nada mengejek berkata kalau orang itu bukan ayahku. “Anggota dewan Chiang Mai,” seru Gun kesal melihat sikap Tod yang cuek. Gun menduga tindakan Tod kali ini lagi2 karena ganja. Dengan kesal ia mengambil rokok Tod dan membuangnya. Hal itu membuat Tod menatap kesal padanya.
“Jika kau perlu uang, mengapa kau tidak bilang padaku? Cari uang dengan memukuli orang, kau kira itu benar?” bentak Gun.
 “Aku tak sekaya dirimu. Kami sudah terbiasa terlibat perkelahian. Dapat uang atau tidak, apa bedanya?” ujar Tod. Melihat sahabatnya seperti itu, Gun lalu merogoh kantongnya, ia lalu menyodorkan beberapa lembar uang pada Tod, “Ini. Ambil jika kau mau.” Gun meletakkan uang itu di pangkuan Tod. Wajah Tod tampak menahan marah. “ Uang tidak berarti apa2 bagiku. Hal yang berharga buatku adalah…kalian, teman2,” seru Gun. Bukannya terharu mendengar ucapan Gun, Tod malah melirik kesal ke arah Gun dan keluar dari mobil Gun seraya menutup pintu mobil dengan keras. Gun berseru memanggil Tod. Tod menoleh ke Gun dari luar mobil.
“Uang berharga, tapi aku harus mencarinya sendiri,” ujarnya lalu berjalan pergi meninggalkan teman2nya. Gun memandangi kepergiaan Tod dengan perasaan kecewa. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena niatnya untuk membantu Tod dengan memberinya uang sama artinya dengan melecehkan harga diri Tod.
Song dan Nem berada di bukit tempat mereka biasa berkumpul. Nem membantu Song mengobati luka di tangannya karena perkelahian di klub malam tadi. Gun menghampiri mereka seraya menenteng sekantung minuman yang baru saja dibelinya. Gun meletakkan kantung belajaannya di tanah di samping Nem lalu berjalan menjauh dan menghentikan langkahnya di depan pagar pembatas. Ia menerawang jauh memandangi kota dari bukit itu. Kesedihan terpancar jelas dari wajah Gun. Nem dan Song hanya bisa memandangi Gun. Song akhirnya memutuskan menghampiri Gun dan menghibur sahabatnya itu.
Song menepuk pelan pundak Gun dan bertanya apa yang sedang ia pikirkan? Gun terdiam sesaat seraya tetap memandang lurus ke depan. Ia akhirnya membuka suara, “Bagiku, menyayangi teman bukan berarti memanjakan mereka. Jika mereka salah, aku harus mengingatkannya. Walaupun itu membuat mereka marah.” Gun lalu berbalik menatap Song, “Persahabatan tidak hanya sehari dua hari. Tapi selamanya….” Song mengangguk membenarkan ucapan Gun. Nem yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka, berjalan menghampiri mereka seraya membawa dua kaleng minuman. Ia memberikan satu kaleng untuk Song dan yang satunya dia buka untuk dirinya sendiri.
Gun menatap Nem lekat2. Nem menengadahkan wajahnya dan balik menatap Gun. Mereka saling bertatapan sesaat sebelum Gun akhirnya berkata, “Kau tak marah lagi padaku, kan?” Nem terdiam menatap Gun. Alih2 menjawab pertanyaan Gun, Nem malah menanyakan kondisi lengan Gun yang terluka karena ulah Kheng tempo hari. Song yang sedari tadi memunggungi mereka, berbalik seraya tersenyum dan menjawab pertanyaan Nem yang ditujukan untuk Gun, “Masih sakit sedikit. Terima kasih sudah bertanya, Nem.” Nem menoleh ke Song dengan tatapan bingung, begitu pun Gun. Gun dan Nem berpadangan dan tak lama kemudian, meledaklah tawa mereka. Song yang tidak menyadari kalau mereka menertawakan mereka, menatap kedua sahabatnya itu dengan tatapan bingung.
Keesokan harinya, Gun yang merangkul Song berjalan mencari meja kosong di kantin seraya membawa makan siang mereka. Beberapa pemuda menatap aneh pada mereka. Dua pemuda yang sedang makan siang, langsung menyingkir dari meja mereka saat melihat Gun dan Song mendekat. Song tampak heran, tapi Gun cuek dan duduk di meja kosong itu. Di meja seberang, dua pemuda yang selalu mengganggu Song juga sedang makan siang. Salah seorang teman pemuda itu memberi isyarat melihat kehadiran Gun dan Song. Pemuda itu menoleh ke arah Song dan seketika itu pula menghentikan makannya dan beranjak meninggalkan kantin. Song menatap kepergiaan pemuda itu dengan pandangan heran. Ia tidak ambil pusing lalu menoleh pada Gun yang sedang asyik mengaduk2 makanannya.
“Keren ya?” tanya Song seraya menunjukkan tattoo bertuliskan ‘SPERM’ di tangan kirinya. Song berkata kalau ia baru saja membuat tattoo itu dan merasa kalau ia akan segera mempunyai tattoo yang sebenarnya (Song cuman pake tattoo temporer). “ ‘Geng Sperm’keren, ya?” tanya Song seraya tersenyum polos. Gun tampak tidak suka melihat tattoo di tangan Song. “Lambangnya di jiwa kita, tidak perlu di ungkapkan,” ujar Gun. Song terdiam, ia merasa bersalah tentang tattoo itu. Gun lalu melanjutkan ucapannya, “Ingat, walaupun kita suka berkelahi, kita bukan gangster. Laki2 berkelahi sampai ada pemenang, tapi tak pernah membunuh.” Song mengerti ucapan Gun. Mereka lalu melanjutkan makan siang mereka.
Tiba2 Beer menghampiri mereka. Gun dan Song sontak berdiri melihat kehadiran musuh mereka itu.
Gun, Song dan Beer berada di atap kampus. Beer menyalakan rokoknya dan menatap kedua orang yang terlihat waspada di depannya. “Kheng bermaksud menyerangmu. Dia menyebalkan. Karena dia Bos Geng Night Bazzar. Geng yang sangat besar,” terang Beer. Song tidak habis pikir, bukankah Kheng itu teman Beer?
“Mengapa kau datang dan memperingatkan kami tentang itu?” Beer berkata kalau ia tidak suka apa yang di lakukan Beer pada Gun tempo hari (saat Kheng menodongkan pisau pada Gun). Gun percaya pada ucapan Beer dan berterima kasih karenanya.
Sementara itu, Arm dan Champ sedang berada di lapangan bola. Champ sedang memainkan bola sedangkan Arm duduk mendengarkan musik dari mp3-nya saat Kla tiba dengan motornya. Kla lalu turun dari motornya dan bergabung bersama mereka dan duduk di bangku di samping Arm. Champ merasa senang karena akhirnya Kla muncul juga. “Ya, ibuku menghukumku beberapa hari. Sangat membosankan,” ujar Champ. Ia lalu menyarankan menelpon Gun dan mengajaknya ke klub malam. Mendengar Champ menyebut nama Gun, Kla langsung berdiri dengan kesal, “Jika kau mengajaknya, aku tak pergi.” Champ bertanya apa Kla masih marah pada Gun?
“Sudah berapa lama kau kenal aku? Kau seharusnya tahu sifatku,” ucap Kla. Arm menggeleng kecewa mendengar ucapan Kla. Ia lalu memasang earphone-nya lalu berjalan menjauh dan duduk di bangku yang agak jauh dari mereka. Champ meminta agar Kla bersikap biasa saja, apa ia masih dendam tentang Nick?
“Tapi ini masalah serius bagiku. Dia pikir dia bos-nya. Sehingga dia bisa mengatur kita?” ujar Kla kesal.
Tiba2 dua pemuda yang berboncengan motor memasuki lapangan itu dan menghampiri mereka. Champ dan Kla heran melihat kedatangan mereka. Salah seorang pemuda itu lalu berseru pada mereka, “Temanmu, Tod, bersama kami. Jika kau ingin dia selamat, bawa temanmu, Song, ke stadium nanti malam. Tengah malam.” Dua pemuda itu lalu beranjak pergi meninggalkan Champ dan Kla yang masih terpaku mendengar ucapan dua pemuda barusan. Champ tampak panik, ia menoleh ke Kla dan berkata sebaiknya mereka memberitahu Gun terlebih dahulu. “Tidak! Aku sendiri yang akan membantunya. Jangan pergi kalau kau takut,” tegas Kla lalu berjalan menuju motornya.
Champ tampak bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Ia lalu berteriak memanggil Arm. Arm yang tidak melihat kedatangan dua pemuda tadi, melepaskan eraphone-nya lalu menghampiri Champ. “Tod di tangkap Geng Night Bazzar. Katakan pada Gun dan Song untuk menemuiku tengah malam,” terang Champ lalu bergegas pergi bersama Kla. Arm tampak panik.
Gun, Song dan Beer berjalan bersama. Tiba2 mereka dikejutkan oleh Arm yang berlari menghampiri mereka dan berusaha menarik Gun. Gun merasa heran melihat kepanikan Arm dan memintanya untuk tenang. Nem yang kebetulan lewat, heran melihat sikap mereka yang terlihat aneh. Arm yang panik, bingung bagaimana cara menjelaskannya pada Gun. Ia lalu mencari2 sesuatu dan menemukan papan sketsa dan pensil di bangku di samping mereka. Arm lalu menulis sesuatu di papan itu. Gun menoleh ke Song, tapi Song hanya mengendikkan bahu tidak tahu.
Arm lalu menunjukkan tulisan di papan itu. Arm berkata kalau Tod di sandera Geng Night Bazzar. Gun membaca dan terkejut, ia bertanya dimana Tod di sandera? Arm kembali menulis di papan itu, ia meminta Gun menghubungi Champ. Beer yang sedari tadi bersama mereka bertanya kenapa Champ tidak menelpon mereka? Arm hendak menjelaskan, tapi saat menyadari siapa yang bertanya, Arm hendak menerjang Beer yang merupakan teman Kheng. Gun dan Song berusaha menghalangi Arm. “Dia datang untuk memperingatkan tentang Kheng. Tenanglah,” ujar Song seraya berusaha menenangkan. Karena tak ingin memperkeruh suasana, Beer pun pamit pergi. Alih2 pergi, Beer malah bersembunyi di balik tiang. Ia terkejut saat melihat Nem juga bersembunyi di tiang itu, menguping pembicaraan Gun cs sedari tadi. Nem memberi isyarat Beer agar diam, Beer pun mengangguk menurut.

Song pun menghubungi Champ. Ia bertanya kemana Geng Night Bazzar membawa Tod? Setelah mendengar penjelasan Champ, Song lalu mematikan telpon. Ia tampak sangat cemas. Gun yang khawatir dengan Tod, bertanya bagaimana? “Mereka menyuruhku untuk ke stadium tengah malam,” terang Song. Gun semakin khawatir, ia berkata kalau Night Bazzar adalah geng besar dan sulit mengalahkan mereka. Di balik tiang, Nem tampak jengah mendengar percakapan itu, ia menduga Gun dan yang lainnya akan berkelahi lagi. Gun memegang pundak Song dan bertanya apa Song takut? “Teman tidak boleh meninggalkan temannya. Kita harus menolong Tod,” ujar Song mantap. Di balik tiang, Beer tampak kikuk berada di samping Nem, ia lalu berjalan pergi meninggalkan Nem yang memandangnya dengan heran. Gun lalu mengajak temannya untuk segera pergi menolong Tod.
 
Tiba2 Nem keluar dari tempat persembunyiannya dan menghalangi jalan mereka. “Kemana kau? Berkelahi lagi? Inikah yang semua laki2 bisa pikirkan?” tanya Nem kesal menatap mereka satu persatu. Gun berkata kalau ini bukan seperti yang Nem pikirkan. Nem belum paham dengan maksud Gun yang sebenarnya, “Apa yang ingin kau buktikan? Ingin membuktikan kau tangguh, jagoan, atau menarik perhatian?” Gun terdiam mendengar ucapan Nem. Ia memandang kedua sahabatnya lalu menoleh ke Nem dan dengan tegas berkata, “Untuk melindungi yang kami sayangi.” Gun lalu mengajak kedua sahabatnya bergegas pergi, meninggalkan Nem yang terpaku mendengar ucapan Gun.
 
Tengah malam. Tampak dua pemuda berlari dengan tergesa2 memasuki stadium. Mereka adalah Kla dan Champ yang datang duluan ke stadium itu. Champ dan Kla lalu melompati pagar pembatas di tribun penonton menuju ke pinggir lapangan. Semenit kemudian, Gun, Arm dan Song tiba di tempat itu dan melompati pagar pembatas menuju pinggir lapangan. Gun berjalan menghampiri Kla dan berdiri di sampingnya. Gun tampak kesal melihat kehadiran Gun, “Mengapa kau di sini? Aku tak minta bantuanmu!” Gun memotong ucapan Kla, “Ayo tolong Tod dulu, kau bisa putuskan persahabatan kita nanti.” Gun lalu berjalan maju menuju tengah lapangan diikuti teman2nya.
Lampu stadion tiba2 menyala. Dan tampaklah puluhan anggota Geng Night Bazzar sudah menanti mereka di tengah lapangan. “Mereka terlalu banyak. Bagaimana caranya kita berhasil?” tanya Champ yang nampak terkejut melihat jumlah lawan mereka. Pertanyaan Champ terjawabkan dengan munculnya Beer dan beberapa orang temannya dari pintu samping stadium.
Beer dan geng-nya lalu bergabung bersama Geng Sperm. Kheng tampak kesal melihat Beer lebih memihak Geng Sperm daripada dirinya. “Beer..Ini bukan urusanmu!” teriak Kheng kesal.
“Aku benci melihatmu sok akrab,” cibir Beer. Kheng lalu memberi isyarat pada salah satu temannya agar membawa Tod ke depan. Tod pun diseret ke depan. Geng Sperm tercengang melihat Tod yang babak belur dengan tubuh berlumuran darah karena akibat di hajar oleh Geng Night Bazzar. Mereka sangat geram melihat sahabat mereka diperlakukan seperti itu.
“Kheng. Lepaskan temanku!” teriak Gun marah.
Tiba2, seorang pemuda yang sedari tadi duduk di pagar pembatas di belakang Geng Night Bazzar, mengangkat kepalanya dan menatap tajam ke arah Geng Sperm. Pemuda itu adalah Rock,.ketua Geng Night Bazzar.  Ia lalu maju ke depan, memimpin Geng-nya. “Temanmu kurang ajar! Dia memukul orang lain tanpa alasan. Tapi intinya, dia memukul seorang gadis,” terang Rock. Song menundukkan kepala mendengar ucapan Rock. Ia merasa bersalah, karena dirinya yang memukul pemuda di klub malam itu, Tod menjadi seperti ini.  Rock membuang puntung rokoknya lalu menatap tajam ke arah Gun cs, “Pulanglah selagi kau sempat. Serahkan temanmu, Song, padaku.” Karena merasa ini adalah tanggung jawabnya, Song pun hendak maju menyerahkan dirinya. Tapi Gun menahan pundak Song, menariknya mundur. Gun tidak ingin sahabatnya itu gentar.  Rock seakan mengerti maksud Gun, itu artinya Gun tidak akan menyerahkan Song dan lebih memilih bertarung demi menyelamatkan Tod. Ia tersenyum simpul, lalu berbalik ke belakang diikuti anak buahnya yang menyeret Tod yang menatap temannya dengan tatapan memohon.
Langit menggelegar, hujan turun seakan menjadi saksi pertarungan dua Geng besar itu. Suasana semakin tegang, wajah2 yang siap menerkam lawan mereka. “Hajar!!” Teriakan seakan menjadi peluit dimulainya pertarungan itu. Mereka menghajar lawan mereka masing2. Satu persatu mereka berjatuhan karena pukulan, Song yang mulai punya nyali untuk berkelahi, Beer yang ikut membantu Geng Sperm dan Kla yang memang tangguh menjatuhkan lawan2nya. Begitu pun dengan Gun, walaupun sempat tersudut, namun ia berhasil menghajar Kheng hingga terkapar dengan wajah berlumuran darah. Mereka semua terkapar karena kelelahan dan rasa sakit akibat pukulan yang mereka terima.
Tapi tidak dengan Gun, ia berusaha bangkit dan berjalan menghampiri ketua Geng Night Bazzar untuk menyelamatkan Tod. Ia sempat dihalangi oleh beberapa anggota geng Sperm, namun dengan sisa2 tenaganya, ia berhasil menjatuhkan mereka. Melihat hal itu, Rock pun turun tangan dan berjalan menghampiri Gun. “Kau berani. Tinggalkan temanmu di sini, dan pulanglah.” Darah mulai mengalir dari pelipis dan hidung Gun. Tapi Gun tidak gentar sama sekali.
“Aku tak akan pergi…tanpa temanku.”  Rock tersenyum mengejek mendengar ucapan Gun. “Apa kau benar2 sangat peduli pada temanmu? Jika kau bisa mengalahkanku, kulepaskan dia,” tantang Rock.
Gun geram dan langsung melayangkan tinjunya ke arah Rock. Namun Rock dengan sigap menahan tangan Gun dan memukulnya hingga terjungkal. Song hendak bangun membantu Gun, tapi dia tidak sanggup lagi. Tod hanya bisa menangis melihat sahabat yang hendak menolongnya itu. Gun tidak menyerah, ia berusaha bangkit dengan sisa2 tenaganya. Ia lalu mencoba menyerang Rock, tapi Rock berhasil menghindar dan lagi2 menjatuhkan Gun dengan sekali pukulan. Teman2 Gun hanya bisa menatapnya tanpa bisa melakukan apa2. Gun mencoba bangkit sekali lagi, Rock tampak takjub melihat Gun yang seakan memiliki cadangan tenaga yang begitu besar. Gun kembali menyerang Rock, Rock menahan tangan kiri Gun yang membuat dia lengah dan tidak menyadari tangan kanan Gun mendarat di wajahnya hingga membuat mereka berdua terjatuh. Rock berdiri seraya meringis memegangi wajahnya yang terkena pukulan Gun. Gun mencoba bangkit sekali, tapi dengan sigap Rock langsung melayangkan tinjunya dua kali ke wajah Gun. Gun pun terkapar.
Di bukit favorit Geng Sperm. Tod akhirnya dilepaskan oleh Geng Night Bazzar. Geng Sperm + Beer bersadar di pagar pembatas. Mereka tampak kelelahan dan menahan rasa sakit akibat perkelahian tadi.
 “Kurasa Rock terkesan dengan persahabatanmu. Jadi dia membiarkan kita pergi. Gun, kuakui keberanianmu,” puji Kla yang duduk di samping Gun. Gun menoleh menatap Kla.
“Mulai sekarang, kau yang jadi ketua Geng kita,” ujar Kla lagi. Gun tidak setuju dengan ucapan Kla. “Aku tak mau jadi ketua. Kita semua teman. Kla, jika aku membuatmu marah, apapun alasannya, maafkan aku,” ucap Gun tulus. Kla tersenyum mendengar permintaan maaf Gun. Champ berterima kasih pada Beer yang sudah datang membantu mereka. Beer tersenyum mendengar ucapan terima kasih Champ lalu menoleh pada Gun yang duduk di sampingnya. “Walaupun dulu kita musuh, tapi aku suka sikapmu. Aku ingin jadi temanmu. Boleh?” pinta Beer tulus. “Kenapa tidak? Kau telah berbagi banyak hal dengan kami,” timpal Tod.
Mereka semua tertawa sembari menahan rasa sakit. Kini, bertambah lagi satu anggota Geng Sperm, Beer.
Song tiba2 berkata kalau Beer harus melakukan 1 hal terlebih dahulu yang menjadi peraturan geng mereka. Gun tampak heran, peraturan apa? “Bertukar pakaian dalam,” ujar Song sembari meminta pakaian dalam Beer. “Tak ada peraturan seperti itu. Nick membodohimu” terang Gun. Song tampak terkejut, apa? Song merasa malu karena sudah dikerjai Nick. Teman2nya tertawa tersengal2 sambil menahan rasa sakit karena kekonyolan Nick mengerjai Song. Gun melihat Kla tampak sedih dan bertanya ada apa? “Aku merindukan Nick,” ujar Kla seraya menerawang jauh.
Nick sedang melamun di danau, memikirkan sahabat2nya. Ia melempar sebogkah batu ke danau yang menciptakan lingkaran di air. Nick hanya memandangi lingkaran air itu dengan putus asa. Tiba2 Kla datang mengendarai motor dan berhenti di samping Nick. Melihat kehadiran Kla, Nick buru2 bangkit dan berusaha melarikan diri. Kla mengejar Nick dan menarik kerah bajunya. Nick berbalik sembari melindungi wajahnya dengan kedua lengannya, mengira Nick akan memukulnya. Kla tampak bingung dengan sikap Nick, “Nick, ada apa denganmu.” Perlahan2 Nick menurunkan tangannya seraya menatap Kla takut. “Aku tidak ke sini untuk memukulmu. Jika aku minta maaf, maukah kau memaafkanku?” pinta Kla tulus.
“Tidak! Aku tidak pernah marah padamu,” ujar Nick sambil tersenyum mengejek. Kla tersenyum kesal karena Nick ternyata mengerjainya.
Kla tiba2 merangkul Nick, “Aku sayang padamu.” Nick terkejut dan buru2 mendorong Nick menjauh darinya. “Sial! Kau punya perasaan padaku?!” tanya Nick salah paham. Kla tampak kesal karena kesalapahaman Nick. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum dan merangkul sahabatnya itu lalu mengajaknya pergi.
Hari Natal tiba. Elle berada di sebuah café. Ia sedang berkaca dengan cermin kecilnya, memperbaiki penampilannya. Merasa penampilannya sudah baik, Elle tersenyum senang. Ia tampak menunggu seseorang. Tak lama kemudian, orang yang sedang dia tunggu muncul dan menghampirinya yang ternyata adalah Gun. Elle langsung sumringah melihat kehadiran Gun. Gun lalu duduk di kursi di samping Elle. Gun menatap Elle dan bertanya kenapa ia di panggil ke café itu? “Aku…rindu padamu,” ujar Elle. Gun tampak heran kenapa Elle di tempat itu sendirian? Mana temannya? Elle merajuk mendengar pertanyaan Gun, “Siapa orang yang bawa teman saat kencan?” Gun tersenyum geli melihat tingkah Elle, “Berkencan hanya untuk orang yang pacaran.”  Elle sumringah dan menggoda Gun, “Lalu, maukah kau menerima cintaku? Jadi kita bisa berkencan.”
“Tapi aku orang yang jahat. Aku suka berkelahi dan keluar malam,” terang Gun berusaha menolak Elle secara halus. Elle tampak manyun, namun sedetik kemudian dia tersenyum dan menyenderkan kepalanya di bahu Gun, “Itulah yang kusuka darimu.” Gun buru2 menghindar yang membuat Elle hampir saja terjatuh. Elle memperbaiki duduknya dan tampak menahan malu. Tanpa mereka sadari, Nem yang kebetulan lewat tanpa sengaja melihat mereka.
“Jika kau ingin bertemu aku lagi, berjanjilah padaku 1 hal,” pinta Gun. Elle langsung mengangguk mengiyakan. “Fokuslah pada kuliahmu, jangan pernah bolos. Dan jangan keluar malam,” ujar Gun. Elle menghitung syarat yang Gun berikan dengan jarinya, lalu membentuk ‘tanda metal’ dengan jarinya sebagai jumlah syarat Gun. “Tiga aturan. Kau bisa jadi pacarku,” ucap Elle sumringah. Gun menggeleng, “Tidak, jika kau tak lakukan yang kubilang, kau tak akan melihatku lagi.” Elle tampak cemberut namun kemudian ia mengiyakan permintaan Gun. Nem yang sedari tadi mengamati mereka, akhirnya duduk di salah satu kursi di luar café.
Elle berkata bisakah ia bertanya sesuatu pada Gun? “Bisakah kau bersamaku malam tahun baru ini? Aku dengar siapa saja yang bersama saat hitung mundur, mereka akan bersama selamanya. Kumohon!” pinta Elle sembari mengatupkan kedua jarinya dan menunjuk Gun. Gun menatap Elle tanpa berkedip lalu tersenyum geli mengiyakan permintaan Elle. Elle merasa sangat gembira lalu memeluk lengan Gun. “Kau sangat baik. Aku sangat mencintaimu! Terima kasih!” seru Elle senang. Gun berusaha melepas pelukan Elle, ia merasa risih dilihat orang secafe. Nem yang sedari tadi mengamati mereka, merasa cemburu dan beranjak pergi dari tempat itu.
Di rumah Nem, ibu sedang menyiapkan penganan yang akan di jual hari ini. Nem pulang dengan wajah cemberut. “Kemana saja kau seharian? Jalan2?” tanya ibu pada Nem yang baru datang. Alih2 menjawab pertanyaan Ibu, Nem berkata kalau dia membeli bola lampu yang baru dan akan mengganti bola lampu yang lama seraya menunjukkan bola lampu yang lama. Ibu tersenyum dan berkata kalau semuanya sudah beres. Nem tampak bingung dengan maksud ibu. Ibu memberi isyarat ke arah dalam rumah, dan tampak lah Gun sedang mengganti bola lampu yang baru. Nem tampak kesal melihat kehadiran Gun. Dia merasa cemburu melihat kejadian di café tadi. Gun berbalik dan tersenyum manis pada Nem.
“Selesai. Bisa kau hidupkan?” pinta Gun pada Nem yang berdiri di samping tiang tempat sakelar. Nem menyalakan sakelar dengan kesal. Tapi lampu yang dipasang Gun belum juga menyala. “Tidak menyala. Kau yakin bisa melakukannya?” ejek Nem. Gun menengadah, ia merasa heran kenapa lampu itu tidak menyala? “Yang di atas, yang di bawah sakelar lampu toilet,” timpal Ibu. Nem kikuk, ia buru2 menyalakan sakelar lampu yang dimaksud ibu. Dan Tada!! Lampu yang dipasang Gun akhirnya menyala. “”Lihat? Kau tak perlu ngomong seperti itu padanya,” ujar Ibu. Nem tertunduk malu mendengar ucapan ibu, ia merasa bersalah karena sudah bersikap kasar pada Gun. Nem masih cemberut, ia lalu menyingkirkan jaket Gun yang tersampir di kursi di depannya dengan kasar, lalu duduk di kursi itu dan membantu ibu. Ibu hanya bisa menghela nafas melihat sikap putri semata wayangnya itu. Gun lalu bergabung bersama mereka dan duduk di kursi di samping Nem.
Ibu lalu berterima kasih pada Gun atas bantuannya. “Sama2. Jika Bibi perlu bantuan, bilang saja padaku,” ucap Gun yang diangguki ibu. “Senangnya seandainya kau bisa jadi anakku. Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Terima kasih,” ujar Ibu tulus. Nem tampak tidak senang mendengar ucapan Ibu, ia memalingkan wajahnya kesal (yaiyalah Bu, lah wong Nem maunya Gun jadi menantu Ibu…Lol). “Sama2,” ujar Gun seraya tersenyum.
“Aku tak mau!” protes Nem. Ibu dan Gun terkejut mendengar seruan Nem. Tiba2 tangan Nem tertusuk tusukan sate yang di pegangnya. Gun terkejut, ia buru2 meraih tangan Nem. “Kau terluka?” tanya Gun khawatir. Nem yang masih kesal pada Gun menarik tangannya dengan kasar yang malah  membuat tangannya kepentok meja (wkwkwkkw…sakit dua kali ya bu). Nem meringis merasakan sakit di tangannya. Gun dan Ibu tertawa geli melihat tingkah  Nem.
Gun akhirnya membantu Nem mendorong gerobak jualannya ke tempat jualan. Sepanjang jalan Gun berusaha mengobrol dengan Nem yang terus cemberut. Gun merasa heran kenapa Nem tidak memberitahunya kalau dia datang ke café? “Aku melihatmu dengan orang lain, berpelukan,” ujar Nem tetap dengan wajah cemberutnya. Gun bingung dengan maksud Nem, berpelukan? Siapa? “Gadis berseragam sekolah?” jawab Nem dengan muka yang dilipat tujuh. Gun tampak berpikir, ia akhirnya paham siapa yang Nem maksud. “Oh…namanya Elle,” terang Gun. Mendengar Gun menyebut nama Elle, Nem semakin cemberut, ia memalingkan wajahnya kesal. Gun melirik Nem, “Kau cemburu?” Nem buru2 menjawab siapa yang cemburu dan menganggap kalau Gun itu kegeeran. “Lalu kenapa kau merajuk?” tanya Gun lagi.
“Aku lagi bad mood. Seseorang mencuri cinta ibuku dariku,” jawab Nem beralasan. Gun tersenyum mendengar ucapan Nem, “Aku tahu sangat sensitif.” Nem memalingkan wajahnya, ia tersipu malu dan perlahan mulai tersenyum karena ucapan Gun.
Gun lalu mengajak Nem hitung mundur bersama malam tahun baru nanti. “Kupikir dulu. Aku sangat sibuk sekarang,” ucap Nem jaim. “Dasar payah,” ejek Gun yang membuat Nem kesal dan meninggalkan Gun. Gun panik, ia tampak kepayahan mendorong gerobak jualan itu. “Nem! Nem! Nem, tolong aku!” seru Gun. Nem tidak mengindahkan panggilan Gun, ia berjalan duluan seraya tersenyum karena berhasil mengerjai Gun. Gun menggeleng melihat tingkah Nem dan tersenyum geli, “Genit!”
Sementara itu, di kamarnya, Elle sedang sibuk mencoba pakaian yang akan dia pakai untuk acara hitung mundur malam tahun baru bersama Gun nanti. Ia berdiri di depan cermin meja rias seraya berputar melihat pakaian yang dikenakannya. Elle tampak merasa bahagia karena akan bersama pujaan hatinya.
 
Malam tahun baru. Lampion beterbangan di angkasa dengan indahnya. Kota di malam hari bersinar terang dari lampu2 kendaraan dan gedung2 pencakar langit. Gun mengantar Nick ke klub malam tempat perayaan malam tahun baru bersama Geng Sperm. Di klub itu sudah ada Kla dan Beer. Gun menurunkan Nick terlebih dahulu di klub itu lalu kemudian menjemput Elle. Melihat Gun hendak pergi, Kla dan Beer buru2 menahannya, “Gun! Apa yang kau lakukan?” Gun menghentikan mobilnya dan menurukan kaca mobil, ia berkata akan menemui Elle. “Tapi hampir tengah malam. Ayo hitung mundur bersama. Kau bisa menemuinya nanti,” pinta Gun. “Tapi aku sudah berjanji padanya,” terang Gun. Beer menimpali kalau semua teman2nya ke tempat itu untuk hitung mundur. Gun Nampak berpikir. Ia merasa bingung, menerima ajakan teman2nya atau menepati janjinya pada Elle. “Cepatlah. Sudah 15 menit menjelang tengah malam. Ayo turun dari mobilmu,” seru Nick. Gun tampak berpikir.
Akhirnya Gun memutuskan bergabung bersama teman2nya. Ia bergabung bersama Geng Sperm dan Nem yang sudah lebih dulu datang ke klub itu. Gun tersenyum pada Nem lalu berdiri di sampingnya. Mereka semua saling berangkulan bahu sambil menghitung mundur, “8..7..6..5..4..3..2..1! Selamat tahun baru!” Dan bunyi terompet menandakan malam pergantian tahun itu. Kembang api yang memenuhi langit malam, terlihat mengangumkan. Geng Sperm + Nem menikmati pesta malam itu, mereka menari bersama, saling bercanda. Mereka bersulang agar ikatan persahabatan yang mereka jalin semakin erat dan terjaga selamanya.
Tanpa sengaja mata Nem dan Gun saling bertatapan. Mereka berdua tersipu malu.  Gun berbisik pada Nem apa ada yang mau ia katakan? Alih2 menjawab pertanyaan Gun, Nem malah mendekatkan wajahnya ke Gun dan berbisik, “Bagaimana denganmu?” Gun dan Nem tersenyum malu. Tanpa mereka sadari beberapa pasang mata memperhatikan mereka. Song dan yang lainnya tampak penasaran melihat mereka berdua. “Aku harap kau bahagia,” bisik Gun pada Nem. “Aku harap kau juga bahagia,” balas Nem. Song dan yang lain serempak bersorak, “Cieeeeee……!” Nick bertanya apa mereka datang bersama? Nem tampak malu dan buru2 menarik Song dan berganti tempat dengannya. Kini Song berdiri di samping Gun. Gun tersenyum pada Song lalu merangkul sahabatnya itu. Mereka semua tertawa bahagia.
“Aku harap kalian semua bahagia selamanya,” ujar Kla. “Semoga persahabatan kita abadi selamanya!” seru Song sambil mengajak teman2nya bersulang. “Yeaaaa!” seru mereka serempak sambil bersulang.
Sementara itu, di tempat lain. Elle sedang duduk di depan gerbang rumahnya menunggu Gun yang belum juga muncul untuk menjemputnya. Elle terus melirik ke jalan, berharap mobil Gun muncul. Namun harapan Elle sia2. Ia hanya bisa menghela nafas. Elle tidak beranjak dari tempatnya, meskipun malam tahun baru sudah berlalu. Ia merasa yakin Gun akan datang menjemputnya. Karena yang ia tahu, Gun takkan pernah melanggar janjinya. Gun takkan pernah membuat seorang wanita merasa kecewa karenanya.
Pesta pergantian malam tahun baru itu belum usai, tapi Gun hendak pergi duluan.  Gun berada di mobilnya di parkiran. Tod, Nick dan Song berusaha menahan Gun dan memintanya untuk tinggal lebih lama. Gun berkata kalau ia sudah berjanji pada Elle, karena itu ia harus pergi. teman2nya mengerti, Gun pun menjalankan mobilnya. Mereka bertiga setengah mabuk, Nick mengajak kedua temannya itu masuk ke klub, kembali melanjutkan pesta. Mereka bahkan menggoda dua wanita yang lewat.
Kheng dan beberapa anggota geng Night Bazzar yang kebetulan hendak ke klub berpapasan dengan Song cs. Mereka meledek wig kribo warna ungu yang dikenakan Nick. Nick geram mendengar ledekan teman Kheng. Ia hendak maju menerjang Kheng cs tapi buru2 di halangi oleh kedua sahabatnya. “Aku Nick yang baru!” seru Nick geram seraya berusaha memberontak ingin menghajar mereka yang meledeknya. Melihat tingkah Nick, Geng Night Bazzar semakin meledeknya dan menyebutnya mirip alien. Nick tidak terima ejekan mereka, ia pun berhasil melepaskan diri dari teman2nya dan hendak memukul orang yang mengejeknya. Alih2 berhasil memukul orang itu, Nick malah kena pukul hingga beberapa kali. Song dan Tod tidak tinggal diam, mereka pun maju menolong Nick. Akibatnya, perkelahian antara dua musuh bebuyutan itu tak dapat terhindarkan.
Mobil Gun yang hendak berbelok keluar parkiran, urung karena melihat perkelahian itu. Ia merasa geram dan akhirnya turun membantu teman2nya. Gun menghajar anggota Geng Night Bazzar yang menghampiri hendak memukulnya. Nick yang ditahan oleh Kheng pun berontak, ia mengginggit lengan Kheng. Kheng berteriak kesakitan dan menghempaskan Nick ke lantai. Kheng mengeluarkan pisau yang selalu dibawanya dan hendak menikam Nick. Tapi Gun yang melihat hal itu, dengan sigap menolong Nick dan menahan tangan Kheng yang memegang pisau. Tiba2 salah seroang teman Kheng memukul Gun dari belakang dengan balok kayu. Melihat hal itu, Song bergegas menolong Gun menghajar orang itu. Meski kesakitan, Gun tetap menahan pisau Kheng yang hendak menikamnnya. Mereka berdua tersudut di antara dua mobil. Teman Kheng lagi2 menghajar Gun berkali2. Gun berhasil membuat orang itu terjungkal. Hal itu membuat Gun lengah, akibatnya Kheng mengambil kesempatan itu untuk menghujamkan pisaunya ke perut Gun. Gun meringis kesakitan, sebaliknya Kheng tampak merasa sangat dendam pada Gun.
Gun berhasil melepaskan diri dari Kheng dan menghajarnya. Kheng cs pun kabur dari tempat itu. Song dan yang lainnya berusaha mengejar, tapi mereka membiarkan mereka pergi. Mereka pun tertawa senang karena berhasil memukul mundur Geng Night Bazzar. Tanpa mereka sadari, Gun terduduk kesakitan seraya memegang perutnya yang berdarah di samping mobil yang terparkir. Gun berusaha bangun, ia merapikan jaketnya untuk menyembunyikan lukanya dari teman2nya. Gun berjalan dengan langkah mantap seolah tidak terjadi apa2. Teman2nya tos karena keberhasilan mereka mengalahkan Geng Night Bazzar. Gun terus berjalan melewati teman2nya. Tod memanggil Gun yang hendak pergi, ia hendak tos dengan Gun. Gun menghentikan langkahnya, ia memalingkan wajah dan mengacungkan jempolnya sebagai tanda hebat. Teman2nya yang tidak mengetahui kondisi Gun tertawa senang lalu beranjak pergi kembali ke klub. Sementara Gun menuju mobilnya dan pergi untuk menepati janjinya, menjemput Elle.
Elle masih setia menunggu Gun di depan rumahnya walaupun dengan wajah di tekuk tujuh. Elle langsung sumringah saat melihat mobil Gun. Elle berdiri dan bersedekap saat Gun turun dari mobilnya. Gun tampak pucat dan keringat dingin membasahi wajahnya. Elle merajuk, ia tampak kesal karena Gun terlambat menepati janjinya.
Gun tersenyum manis pada Elle. Elle merajuk, ia pura2 marah pada Gun. Gun berusaha menghampiri Elle. Pandangannya mulai kabur, dan Gun akhirnya tidak mampu menahan sakitnya lagi. Ia memegangi luka di perutnya yang mengeluarkan banyak darah. Gun pun terjatuh ke aspal, ia meringis kesakitan. Elle terkejut dan bergegas menghampiri Gun. Elle menangis dan tampak syok melihat luka di perut Gun. “Gun! Siapa yang melakukan ini padamu?” Elle terkejut karena melihat tangan Gun yang berlumuran darah.
Gun akhirnya di bawa lari ke rumah sakit. Gun di dorong menuju ruang ICU dan mendapat bantuan pernapasan. Elle terus menangis dan menggenggam tangan Gun. “Tetaplah bersamaku, Gun.” Gun yang masih sadarkan diri memandangi langit2 koridir rumah sakit. Entah apa yang ada dipikirannya. “Mungkinkah ini saat terakhirku?” Suster menyuruh Elle menunggu di luar karena ia tidak boleh masuk ke ruang ICU. Elle menangis memandangi Gun yang dibawa masuk ke ruang ICU. Ia gemetar memandangi tangan dan bajunya yang berlumuran darah Gun.
Geng Sperm + Nem akhirnya tiba di rumah sakit itu. Mereka mendapati Elle sedang menangis sedih. Nem bertanya di mana Gun, tapi Elle hanya menangis tanpa berbalik menatap mereka. Nem akhirnya memutar tubuh Elle. “Elle! Di mana Gun? Elle! Bagaimana Gun?!” tanya Nem khawatir. Nem tercekat melihat tangan Elle yang berlumuran darah. Elle yang masih syok, terduduk sambil terus menangis. Nem dan Song mengintip kondisi Gun dari tirai yang sedikit terbuka. Dokter sedang berusaha menolong Gun dengan alat kejut jantung. Suster berkata jantung Gun tidak berdenyut. Dokter terus memberikan pertolongan pada Gun. Tiba2 seorang suster menutup tirai itu. Song dan Nem sontak terkejut. Elle terus menangis sedih.
Waktu terus berlalu, satu jam setelah tahun baru. Mereka semua menunggu dengan khawatir. Tepat pukul dua, monitor jantung Gun menunjukkan garis lurus. Di luar, Orang tua Gun baru saja tiba. Mereka keluar dari lift dengan wajah khawatir. mereka hanya melirik sekilas ke arah teman2 Gun dan menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruangan Gun. “Dokter, bagaimana anakku?” tanya Ibu Gun khawatir.
“Maafkan aku,” ucap Dokter. Ibu Gun terperanjat, ayah Gun bertanya apa maksud Dokter. Song dan Nem tampak syok mendengar ucapan Dokter. “Aku sudah berusaha semaksimal mungkin,” terang Dokter lalu berjalan pergi. Ayah Gun buru2 menahan tangan Gun, “Tidak, Dokter. Dia anakku satu2nya! Berapa banyak yang kau mau? Katakan! Satu juta, Dok. Hidupkan dia kembali!” pinta Ayah Gun frustasi. Dokter hanya menggeleng dan beranjak pergi.

Tiba2 Kla menghampiri Dokter itu dan mencengkram kerah bajunya. “Dokter, kau bohong! Aku tak percaya padamu!” teriak Kla. Teman2nya berusaha menangkan Kla dan menariknya menjauh dari Dokter itu. Dokter itu bergegas pergi sebelum menjadi pelampiasan kekesalan Kla. Kla menangis sedih karena kepergian Gun. Ibu Gun syok, ia terduduk menangis meratapi kematian anak semata wayangnya.
 
Ayah Gun masuk ke ruang ICU. Ia memandang wajah anaknya pilu. Tampak rasa penyesalan yang mendalam di wajahnya karena selama ini tidak memperhatikan anak kesayangannya itu. Ayah memeluk Gun dan menangis sedih. Di luar, Ibu Gun terus menangis. Ia seakan tidak percaya dengan kepergiaan anaknya yang mendadak seperti ini. Teman2 Gun menangis meratapi kepergiaan sahabat terbaik mereka itu. Nem menangis, ia tampak marah dan memukul2 dada Nick, “Bagaimana bisa kau biarkan dia mati?!” Nem lalu menarik kerah baju Song, “Dia selalu menolongmu. “Mengapa kau menolongnya?! Mengapa?! Mengapa?!” Nem menangis sedih. Song menangis dan mulai tampak emosi. Ia tidak terima kematian Gun, ia berniat balas dendam atas kematian sahabatnya itu. Song berlari pergi. Teman2nya yang terkejut, berusaha mengejar Song. Tinggalah Nem, Elle dan Ibu Gun yang terus menangis sedih.
Song mengendarai motor dengan perasaan berkecamuk menuju suatu tempat. Di belakang, teman2nya berusaha mengejar dengan mengendarai motor.
 
Kheng tampak berjalan tergesa2 memasuki stasiun kereta. Ia membawa ransel dan berniat melarikan diri. Tiba2 Song, Tod dan Beer muncul dari dalam stasiun. Kheng terkejut, ia hendak berjalan mundur tapi anggota Geng Sperm yang lainnya muncul di belakangnya. Kheng pun kabur dan berlari ke arah rel kereta. Geng Sperm mengejarnya. Saat Kheng menyebrangi rel, tiba2 seberkas cahaya menyala di depannya. Ternyata itu adalah lampu dari motor Geng Night Bazzar. Geng Sperm yang menyadari hal itu, menghentikan langkah mereka dan tampak panik. Kheng yang mengira kalau teman2nya datang untuk membantunya, berbalik dan mencibir Geng Sperm, “Kau ke sini dengan sedikit orang. Kau kira aku akan takut? Tidakkah kau lihat, Bos-ku di sini?”
Ketua Geng Night Bazzar membuka helmnya lalu turun dari motornya dan menghampiri Kheng. Tiba2 ia melayangkan pukulan ke wajah Kheng hingga membuatnya jatuh tersungkur. Geng Sperm terkejut, mereka tidak menduga kalau Ketua Geng Night Bazzar akan melakukan hal itu pada anak buahnya sendiri. “Sudah kubilang, kan? Pakai senjata itu pengecut! Kau benar2 sampah! Mulai sekarang, kau bukan bagian Night Bazzar lagi!” seru Sang Ketua lalu berjalan pergi.
Kheng berdiri, ia mulai panik karena sudah di buang oleh Geng-nya sendiri. Ia lalu melirik ke arah Geng Sperm yang menatapnya seakan siap memakan Kheng. Kheng tidak takut, ia malah menantang mereka untuk berkelahi. Song dengan emosi, maju dan berkelahi dengan Kheng, tapi Kheng berhasil menjatuhkan Song. Kla hendak membantu Song tapi Tod menahannya, “Biarkan Song yang melakukannya.” Song berusaha bangkit dan menyerang Kheng, tapi Kheng memukul perut Song dan mendorongnya ke rel kereta. Kheng hendak memukul Song lagi tapi Song berhasil menghindar. Mereka pun berkelahi hingga ke seberang rel. Kheng menarik rambut Song yang membuat Song berteriak kesakitan. Teman2nya hanya bisa menahan amarah melihat perlakuan Kheng, tapi mereka membiarkan Song melakukan tugasnya, mengalahkan Kheng dengan tangannya sendiri.
 
Kheng menyeret Song dengan menarik kerah jaketnya, tapi hal itu membuat Kheng lengah dan dijadikan Song sebagai kesempatan untuk menjatuhkan Kheng. Song memukul wajah Kheng berkali2. Tiba2 Kheng mengambil pisau yang terselip di pinggangnya dan melukai perut Song. Song berteriak kesakitan, tapi ia berusaha menahan tangan Kheng. Song lalu mengunci kedua tangan Kheng dengan kakinya dan merebut pisau Kheng. Ketua Geng Night Bazzar tampak penasaran dengan apa yang akan Song lakukan dengan pisau itu. Kla berteriak saat Song mengangkat pisau itu hendak menghujamkannya ke arah Kheng. Tiba2 Song menghentikan tangannya di udara tepat di depan wajah Kheng, ia tergiang ucapan Gun padanya. “Song, kau harus ingat, kita petarung, bukan gangster. Laki2 berkelahi sampai ada yang menang, bukan membunuh.
Song menangis sedih mengingat ucapan Gun. Tangannya masih menggantung di udara. Kilas balik kenangan Gun saat ia ditikam oleh Kheng hingga meninggal pun muncul. Semua menunggu keputusan apa yang akan Gun buat dengan pisau di tangannya itu. Song pun akhirnya mengambil keputusan, ia tidak akan membunuh Kheng karena ia bukan seorang gangster, ia seorang laki2! Ia menancapkan pisau itu di telinga Kheng hingga berdarah dan membuat Kheng berteriak kesakitan. Karena merasa puas dengan keputusan yang Song buat akhirnya Ketua Geng Night Bazzar mengajak anak buahnya meninggalkan tempat itu. Geng Sperm hanya bisa memandang kepergian Geng Night Bazzar. Tidak lama kemudian, polisi datang dan memisahkan Song dan Kheng.
Waktu berlalu, Geng Sperm + Nem berada di bukit tempat mereka biasa berkumpul bersama Gun. Mereka memandangi kota dari bukit itu untuk mengenang Gun. Satu persatu, mereka beranjak pergi dari tempat itu.
Waktu terus berlalu. Teman2 Gun pun melanjutkan hidup mereka. Nem dan Song tengah mengikuti ujian Final di kampus mereka. Terdengar monolog Song.

“Hidupku banyak berubah sejak aku bertemu dengannya…Aku belajar artinya persahabatan dan betapa berharganya itu…”
 
Song berada di lapangan tempat ia pertama kali berkenalan dengan Geng Sperm. Ia merenung, mengingat kenangan bersama sahabatnya, Gun. Di belakangnya, buku sketsa miliknya terbuka lebar karena tertiup angin. Tampak sketsa wajah Gun yang sedang berkelahi serta sketsa wajah teman2nya yang dibuat oleh Song.

“Aku telah belajar berkelahi, seperti laki2.”
Song berbalik, ia mengambil tas dan buku sketsanya lalu beranjak pergi dari tempat itu.
Kenangan akan Gun saat tertawa bahagia bersama teman2nya di malam pergantian tahun, 

“Walaupun tak akan ada laki2 yang bernama ‘Gun’ lagi…Tapi dia akan jadi kenangan terindah…Dia akan jadi kenangan terindah selamanya…”
 ~The End~
Movie’s Note :
Hari ini dua anggota Geng Sperm telah kehilangan nyawa mereka. Sisanya, sekarang hidup dengan penuh pertimbangan. Kekerasan dalam masa remaja mereka, telah jadi kenangan pahit yang ingin mereka lupakan.
Notes:
Alhamdulillah akhirnya kelar juga sinopsis ini. Ini Sinopsis pertama yang Ann kelarin, sinop yang lainnya masih ongoing K.  Makasih ya Fams udah sabar nungguin ^^
Kenapa Aku pengen buat sinop ini, semuanya karena ide Dewi. Makasih ya Dewi ma Ari buat bantuan ide dan piku2nya ^^. Aku suka muvi ini karena rasa persahabatan yang begitu kental tercipta diantara Geng Sperm. Film ini mengingatkan aku ama K-Movie, Sunny. Cerita2nya hampir mirip, tentang persahabatan, di mana sang ketua geng sama2 meninggal di akhir film. Tapi banyak kenangan yang berarti di tinggalkan oleh sang ketua. Suka banget liat akting Mario Maureer meranin Gun, seorang pemimpin Geng yang sangat loyal sama sahabat2nya. Walaupun dia anak tunggal seorang konglomerat, dia tidak pernah ingin memanjakan teman2nya dengan uang.
Nonton film ini, banyak pesan tentang arti persahabatan yg bisa kita temukan. Gun yg benar2 mengerti arti sebuah persahabatan. Walaupun ia kaya, namun ia tidak ingin memanjakan teman2 mereka dengan uang. Baginya uang tidak ada arti.y, teman2nya lebih berarti daripada apapun.
Sebuah geng tidak selamanya berisi orang2 kuat dan pandai berkelahi. Di Geng Sperm, Gun, Kla, Arm dan Champ yang terlihat kuat melindungi sahabat2nya yg lemah dan penakut seperti Nick dan Song. Pertengkaran kerap terjadi diantara mereka, namun kata maaf bukan sesuatu yg memalukan untuk mereka ucapkan. Kurangnya kasih sayang yang Gun terima dari kedua orang tuanya, tidak berarti membuat Gun menjadi seorang yg skeptis dan anarkis. Ia bak seorang ksatria yg melindungi teman2nya. Acungin Jempol gajah deh buat akting Mario Maureer di film ini ^^
Sayang film ini endingnya sad. Kenapa Gun mesti mati?? (Hei Sw-nim, Gun dihidupin aja napa? Gun melewati masa kritis, ia kembali sehat, berkumpul bersama teman2nya lagi, mulai serius ama kuliahnya ampe lulus, ngewarisin hotel bokapnya, trus nikah deh sama Elle. kenapa gak sama Nem? Nem putus ama Gun trus pacaran deh ama Beer). Loh? Loh? Napa malah Nge-FF akunya ini??
Inti dari film ini adalah Persahabatan tidak bisa dibeli dengan uang. Sahabat ada untuk saling melindungi, saling menghormati dan saling menyayangi…
Seperti Rainbow’s Family….Rumah persahabatan yg sebenarnya ^^
Buat Dewi ma Ari, makasih yh dah dibantuin piku2nya. Maaf setor sinop.y selalu telat
Sampai ketemu di Project selanjutnya…Annyeong Fams
Written by  Ann [FB|Twitter]
Image by :  Ari [Twitter | G+]
Posted Only On pelangidrama.net
DON’T REPOST TO OTHER SITE!!!
Thanks for reading with us ^^

[Sinopsis Thai-Movie] My True Friend Part 1

=My True Friend=
Fajar mulai menyingsing di kota Bangkok, Thailand. Warga kota mulai menjalankan aktivitasnya. Jalanan mulai ramai dengan kendaraan yang melintas. Di sepanjang jalan itu, tampak bangunan2 tua yang masih berdiri kokoh. Seorang pemuda berdiri di pinggir trotoar, menunggu lampu lalu lintas berubah hijau untuk pejalan kaki. Lampu lalu lintas akhirnya berubah hijau, pemuda itu lalu menyebrang jalan.  Pemuda itu adalah Song yang sedang menuju kampus barunya.
 
Dua pemuda yang berseragam sama dengan Song berlari dari arah sebuah lorong. mereka terus berlari dari kejaran sekawanan pemuda lainnya. Pemuda itu adalah Gun dan Kla. Gun melirik ke belakang, melihat apakah mereka masih dikejar. Mereka terus berlari menyebrangi jalan raya dan melompati sebuah taman kecil. Aksi kejar2an terus berlanjut hingga ke depan gerbang kampus. Sementara itu, Song juga berjalan menuju gerbang kampus. Gun berlari di belakang Gun. Tiba2 Gun menghajar salah satu pemuda yang mengejarnya. Song berbalik karena mendengar keributan di belakangnya. Gun hendak berlari menyusul Kla, namun ia di terkepung oleh pemuda2 yang sedari tadi mengejarnya.
 
1 vs banyak, jelas bukan lawan yang seimbang. Namun itu bukan masalah buat Gun. Ia bisa melumpuhkan mereka semua. Gun menghajar mereka satu persatu. Kla yang tadinya berlari, segera membantu Gun menghajar mereka. Perkelahian itu tak dapat terelakkan. Gun dan Kla terus menghajar mereka hingga lawan2 mereka jatuh satu persatu. Sementara itu, Song melihat tawuran itu  dengan pandangan takjub sekaligus terkejut.
Tiba2 seorang gadis menarik lengan Song dan mengajaknya menyingkir dari tempat itu. “Kau tidak takut kena pukul?” tanya gadis itu cemas. Song tampak bingung karena ia merasa tidak mengenal gadis itu. Gadis itu adalah Nem, salah seorang mahasiswi di kampus Song. Nem terus memegang lengan Song dan menatap dengan tatapan benci ke arah tawuran itu.
Gun dan Kla itu terus menghajar lawan mereka. Tiba2 sebuah motor melintas di belakang Song dan gadis itu, mereka berdua terkejut karenanya. Pengendara motor itu adalah Nick, teman Gun dan Kla. Nick berteriak memanggil Kla dan Gun. Melihat kehadiran Nick yang menjemput mereka, mereka berdua bergegas berlari menghampiri Champ. Kla naik ke motor, tiba2 ia berseru, “Gun, di belakangmu!” Gun berbalik sembari melayangkan sikutnya ke wajah salah seorang lawan yang  menghajarnya. Melihat mereka bertiga, Nem tampak kesal dan segera menarik Song pergi meninggalkan tempat itu. Begitu pula Gun, Kla dan Nick yang bergegas meninggalkan tempat itu.
Nem dan Song berjalan memasuki kampus sambil mengobrol. Song mengenalkan dirinya sebagai mahasiswa baru pindahan dari Chiang Mai. “Kau baru pindah dari Chiang Mai ya? Pantas kau tampak canggung begitu,” ujar Nem. Song nyengir mendengarnya. “Serius, kau tak pernah melihat perkelahian jalanan?” tanya Nem. Song menggeleng, yang ia lihat hanya perkelahian sekolah. Nem menyarankan agar Song berhati2.
“Banyak Gengster di sini, seperti yang kau lihat tadi. Gun, adalah ketua geng ‘Sperm’. Dia sudah sering dikeluarkan dari sekolah. Sekarang dia sudah tahun ke-2 di sini,” terang Nem. Song hanya terdiam mendengar penjelasan Nem. Nem lalu bertanya pada Song siapa namanya?
“Namaku Song,” jawab Song. Nem lalu bertanya Song jurusan apa? Song menjawab jurusan Seni, tahun pertama. Nem tampak terkejut, ia juga satu jurusan dengan Song. “Benarkah? Siapa namamu?” tanya Song. “Namaku Nem,” jawab Nem sambil tersenyum manis.
Sebuah skuter melewati mereka dan berhenti di depan mereka. Nem mengenali gadis pengendara skuter itu, ia pun berseru memanggilnya seraya melambaikan tangan “Dew! Dew!” Gadis yang dipanggil Dew itu membuka helmnya lalu berbalik ke arah Nem seraya tersenyum manis. Song tampak terpesona melihat kecantikan Nem, ia sampai termangu karenanya. Nem menyenggol Song, menyadarkannya. Nem lalu mengenalkan Song pada Dew. Nem menjelaskan kalau Dew adalah mahasiswi jurusan perdagangan tahun kedua. Dia adalah senior Nem waktu SMA. Nem juga mengenalkan Song pada Dew. Dew menyapa Song dengan riang, Song tersenyum membalas sapaan Dew.
Dari jauh, tampak Gun yang berbonceng tiga dengan Kla berhenti di parkiran kampus. Gun lalu turun dari motor dan berjalan meninggalkan mereka berdua. Kla berseru pada Gun dan mengingatkan Gun agar bertemu sore nanti. Gun memalingkan wajahnya sembari mengacungkan jempolnya, mengiyakan. Champ dan Kla lalu berbalik pergi, sementara Gun berjalan ke masuk kampus.
 
Melihat Gun yang berjalan ke arah mereka, Nem tampak kesal. “Itu dia. Si pembuat masalah,” ujar Nem. Mereka bertiga melihat ke arah Gun. Nem meminta agar Song menjauhi Gun. Gun berhenti di samping mereka dan memandang Nem. Nem tampak kesal dan menarik Dew pergi seraya pamit pada Song. Gun tampak heran dengan sikap Nem padanya. Ia lalu menatap heran pada Song. Ditatap seperti itu, Song hanya menunduk dan berjalan pergi meninggalkan Gun yang tampak berpikir.
= Flashback =
Dua tahun lalu.
 
Gun sedang bersiap menghadapi Ujian Akhir SMA. Gun tampak gelisah di bangkunya, ia melirik ke arah luar. Di luar sekolah, Kla menunggu Gun sembari membunyikan motornya. Pengawas ujian mulai membagikan soal ujian. Saat tiba di bangku Gun, ternyata Gun menghilang!
2 anggota Geng Sperm, Champ dan Arm, berlari dengan panik di sebuah gang. Ternyata jalan buntu dengan sebuah pagar besi menjulang tinggi. Mereka berdua berusaha memanjat pagar itu untuk meloloskan diri, namun terlambat karena kawanan geng yang dari tadi mengejar mereka tiba2 muncul. Champ yang belum sempat memanjat, memutuskan untuk menghadapi mereka dengan tangan kosong. Sementara Arm yang sudah hampir sampai di puncak pagar, ditarik turun oleh gerombolan itu. Mereka lalu menghajar Champ dan Arm hingga babak belur.
Gun yang kabur dari ujian, ternyata berboncengan dengan Kla ke gang buntu itu. Gun lalu turun dari motor sendirian. Gun lalu menyelamatkan kedua temannya dengan menghajar gerombolan itu. Gun berhasil menjatuhkan mereka semua sendirian.
Gun dipanggil oleh kepala sekolah karena ulahnya yang kabur saat ujian. Gun menghadap kepsek bersama sekretaris ayahnya, Kepsek merasa kecewa karena bukannya ayah Gun yang menemuinya, melainkan sekretarisnya. Sekretaris ayah Gun meminta maaf karena Tn. Unnop, ayah Gun, tidak bisa datang karena ada rapat mendadak. Kepsek bertanya apa Tn. Unnop sudah tahu kalau anaknya tidak ikut ujian akhir karena kabur? Sekretaris ayah Gun mengiyakan seraya tersenyum kalem berusaha berwibawa. Kepsek merasa sangat kecewa, “Ini membuatku menjadi sulit. Bagaimana kalau aku keluarkan saja Gundrit dari sekolah ini?” Sekretaris yang nggak ngeh dengan ucapan Kepsek, mengangguk mengiyakan. Sedetik kemudian dia tersadar dengan apa yang Kepsek ucapkan barusan.
Sekretaris ayah Gun berkata kalau Tuan Unnop meminta maaf. Ia berusaha membujuk Kepsek agar tidak mengeluarkan Gun dari sekolah dengan menyodorkan sebuah amplop. Sekretaris menarik kembali amplop itu karena yang ia sodorkan adalah tiket sirkus. Ia lalu menukar amplop tadi dan menyodorkan selembar cek senilai 200 Baht. Kepsek langsung sumringah melihat cek itu. “Tolong diterima sebagai sumbangan untuk sekolah ini,” ujar Sekretaris.
 
Sebelum cek itu sempat berpindah tangan ke Kepsek, Gun lebih dahulu mengambil cek itu dan merobeknya. Ia merasa jengah dengan aksi penyuapan yang dilakukan Sekretaris atas perintah ayahnya hanya agar dirinya tidak dikeluarkan dari sekolah. Kepsek merasa putus asa melihat ulah Gun merobek2 cek itu. Gun berbalik pergi, namun ia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Kepsek.
“Aku keluar!” tegas Gun seraya keluar dari ruangan Kepsek.
Gun berjalan menuju parkiran. Ia membuka jasnya dan membantingnya ke lantai. Terdengar monolog Gun. “Bagi orang lain, uang membawa kebahagiaan. Tapi bagiku, uang membawa penderitaan…
Song sedang makan siang di kantin sembari menggambar adegan perkelahian Gun cs di buku sketsanya. Nem dan Dew juga berada di kantin hendak makan siang. Mereka berdua sedang mencari meja untuk ditempati. Tiba2 dua mahasiswa menghalangi jalan mereka dan berbasi basi ingin membantu membawakan makanan Dew. Dew yang kesal menolak dan berbalik pergi, tapi kedua pemuda itu lagi2 menghalangi jalan Dew dan ngotot ingin membawakan makanan Dew. “Apa kau tidak mengerti bahasa Thailand? Minggir!” seru Nem kesal melihat tingkah mereka. Salah seorang dari pemuda itu menyukai Dew dan berkata kalau ia hanya mau makan bareng Dew. “Nggak!” tolak Dew kesal.
 
Tiba2 Dew berseru menyapa Song yang sedang asyik menekuni sketsanya. Song menengadah dan tersenyum pada Dew. Mereka berdua menghampiri Song dan duduk semeja dengannya. Dua pemuda yang sedari tadi mengganggu Dew menghampiri mereka dan memukul meja dengan keras, Ia menggertak Song dan  berkata kalau ia yang memesan meja itu seraya menyuruh Song menyingkir dari tempat itu. Song tampak mengkerut, ia hendak beranjak meninggalkan tempat itu tapi Nem buru2 menahan tangannya, “Jangan dengar mereka, Song.” Song kembali duduk. Merasa Song membantahnya, pemuda tadi menaikkan kakinya ke bangku dan menggertak Song menyuruhnya minggir. Song walaupun merasa agak takut, ia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Pemuda tadi terus berusaha menyuruh Song menyingkir.
Tiba2 Gun muncul di kantin. Salah seorang dari pemuda itu memberi isyarat pada temannya melihat kehadiran Gun yang berjalan mendekati mereka. Mereka berdua lalu beranjak pergi dari tempat itu seraya menatap kesal Song.
Gun sedang mengantri makan siang saat seorang pemuda nyelonong memesan makan siang tanpa mengantri. Gun yang merasa kesal menengur pemuda itu, “Mengapa kau tak ‘queue’ (mengantri)?” Song tampak tertarik melihat keributan kecil itu. Tiba2, Beer dan gengnya yang merupakan musuh bebuyutan geng Sperm, menghampiri Gun. Beer bertanya apa ada masalah? Gun menjawab kalau temannya itu tidak mau ‘queue’ (mengantri). Beer bertanya pada pemuda itu apa ia tidak mau ‘queue’ (mengantri). “Aku tidak tahu siapa ‘Queue’. Boleh aku bergabung dengannya?” ejek pemuda itu pada Gun. Beer menatap Gun seraya tersenyum mengejek. “Baiklah kalau tidak tahu. Kau pikir kau jagoan?!” seru pemuda itu pada Gun. Gun merasa kesal mendengar ucapan Beer. Tangannya mengepal menahan emosi.
Tiba2 Pak Guru yang potongan rambutnya mirip ‘Dora The Explorer’ datang dan melerai mereka. Pak Guru bertanya apa yang mereka lakukan? Mengukur tinggi badan? Pak Guru melarang mereka untuk berkelahi. “Kalian tak harusnya jadi manusia, tapi ayam jago. Setiap kali aku lihat kalian, selalu berkelahi!” seru Pak Guru kesal. Pak Guru lalu mernyuruh mereka semua bubar. Ia lalu mengomentari rambut ikal Beer, “Lebih baik kau keramas sana!” Sementara itu, Song terus memperhatikan Gun.
Sepulang dari kampus, Song berada di depan apartemennya. Ia terus mencoba menghubungi Neung, kakak perempuannya, tapi tidak ada jawaban. Song akhirnya mengetuk pintu apartemen seraya berseru memanggil kakaknya. Akhirnya pintu terbuka, Neung keluar dengan wajah kesal karena Song terus menelpon. Tiba2 seorang pria keluar dari dalam apartemen mereka dengan wajah kesal, seakan kesenangannya sudah terganggu dengan kehadiran Song. Pria itu hendak pergi, namun Neung mencegahnya dan bertanya bolehkah ia menelponnya nanti? Pria yang merupakan pacar Neung itu tidak menggubris ucapan Neung dan terus berjalan pergi. Song, bersedekap menatap kesal adiknya.
Song yang curiga melihat kehadiran pacar kakaknya itu mulai marah, “Beraninya kau bawa laki2 ke dalam!” Neung balas memarahi adiknya dan memintanya mengurus urusannya sendiri. Song berkata kalau ia sudah mengetuk berulang kali tapi tidak ada jawaban. Ia bertanya apa yang kakaknya lakukan dengan pacarnya? Neung semakin kesal mendengar ucapan Song. “Apa kau sebenarnya saudaraku atau ayahku? Kau pindah ke sini karena kau muak dengan ibu, kan? Jadi, jangan ganggu hidupku!” ujar Neung. Song tampak merasa sedih karena kakaknya kembali mengungkit kepindahannya ke kota itu. Jika kau terus menggangguku, kau tak boleh tinggal di sini,” tukas Neung. Mendengar ucapan Neung barusan, Song tampak marah. Ia membuka tasnya dan melemparnya masuk ke dalam apartemen seraya beranjak pergi meninggalkan kakaknya. Neung terkejut melihat sikap adiknya itu. Ia merasa bersalah karena ucapannya dan berseru Song mau kemana? Song terus berlalu tanpa mengindahkan panggilan kakaknya.
Song terus berjalan tanpa arah dengan perasaan kacau. Tiba2 Dew yang mengendarai motornya, berhenti di samping Song dan bertanya Song mau kemana. Melihat kehadiran Dew, senyum Song langsung mengembang. “Masih belum tahu. Cuma mau jalan2 saja,” jawab Song. Dew bertanya apa Song mau jalan2 dengannya? Song langsung tersenyum seraya mengangguk mengiyakan ajakan Dew yang baginya adalah sebuah keberuntungan.  Dew lalu memberikan helm untuk  Song sembari turun dari motornya. “Kau yang bawa ya,” ucap Dew. Song yang sedang memakai helm tanpa bingung, ia mengamati motor Dew. “Aku tidak bisa bawa motor,” ucap Song polos. Dew tertawa mendengar ucapan Song. Ia lalu menyuruh Song naik ke motor, ia yang akan membonceng Song.
Dew mengajak Song ke sebuah danau dengan pemandangan yang indah. Song duduk di atas motor Dew, sedangkan Dew berdiri di pinggir danau, mereka menikmati pemandangan indah di depan mereka. Dew bertanya kenapa Song kuliah di sini? Song menjawab kalau ibunya menikah lagi. “Kau tak suka ayah tirimu?” tanya Dew lagi. Song terdiam sesaat, ia lalu berjalan dan berdiri di pinggir jalan.
“Sebenarnya, aku tak suka ibuku karena dia selalu mengaturku. Saat aku dengannya, aku tak boleh keluar rumah. Harus langsung ke rumah pulang sekolah dan minta izin untuk apapun,” curhat Song. Dew tersenyum mendengar cerita Song, “Jadi kau ingin bebas?” Song mengangguk mengiyakan. Dew hendak naik menghampiri Song, Song buru2 mengulurkan tangannya membantu Dew. Song yang merasa malu karena memegang tangan Dew, buru2 memalingkan wajahnya. Dew tertawa melihat tingkah Song, “Ada apa? Kau malu, ya?” Song tampak canggung, ia tampak tersipu malu. “Kau cantik,” puji Song malu. Melihat Song yang tersipu, Dew menghalangi jalan Song dan mulai menggodanya, “Kenapa? Kau mau mengajakku jalan?” Song hanya tersipu. Dew meminta Song agar jangan memanggilnya ‘Nona’, panggil nama saja. Song tersenyum mengiyakan.
 
Mereka kembali menikmati pemandangan danau yang begitu indah. “Tempat ini indah, ya?” tanya Dew. Alih2 menjawab pertanyaan Dew, Song balik bertanya apa nama tempat ini? “Huay Tueng Tao,” jawab Dew seraya tersenyum menatap Song. Mereka saling memandang dan tersenyum satu sama lain.
Terdengar monolog Song…“Aku tak tahu apa itu cinta. Tapi bersamanya, aku merasa bahagia…
 
Song semakin dekat dengan Dew. Ia mulai mahir mengendarai motor setelah diajari oleh Dew. Mereka pun menikmati waktu bersama, makan siang bersama di kantin, jalan2 sambil mengendarai motor, bahkan Song melukis Dew di padang rumput. Mereka juga berbelanja di toko souvenir. Mereka berdua tampak bahagia menikmati waktu kebersamaan mereka.
Di sebuah klub malam, tampak seorang gadis dengan dandanan sedikit aneh. Ia memakai sepatu boot, legging macan tutul berbulu, dan blazer serta rambut panjangnya yang dikepang dua. Dia adalah Elle, fans Gun. Ia datang ke klub itu bersama teman2nya hanya untuk melihat Gun. Elle bertanya pada salah seorang teman cowonya yang ‘gemulai’ apa ia yakin Gun datang malam ini? Temannya itu mulai menerawang ke sekililing klub dan menemukan Gun yang sedang bersantai bersama gengnya. Elle dan ketiga temannya histeris melihat ketampanan Gun. Elle bertanya apa gayanya sudah mirip ‘Korean Idol’? Teman2nya menggeleng. Elle mengira temannya mengiyakan dan tersipu berterima kasih. “Gak mimpi!” ejek teman2nya yang membuat Elle cemberut.
Teman cowo Elle mulai pasang aksi. Ia berjalan melenggak lenggok menghampiri Gun cs. Elle tidak mau kalah, ia berjalan menghampiri Gun sembari menyenggol teman cowonya itu. Terjadilah aksi senggol2an yang membuat teman cowo Elle terjatuh karena senggolan Elle. Elle menghampiri Gun dengan wajah sumringah. Gun merasa heran dengan kehadiran Elle cs. Elle bertanya apa dia Gun? Gun mengangguk mengiyakan yang membuat Elle dan teman2nya histeris. Tod yang duduk di belakang Gun mengejek mereka yang histeris karena melihat Gun. Elle kesal dan menyebut Tod bodoh. Gun cs tertawa karenanya.
Elle kembali memasang senyum manisnya di depan Gun. Elle bertanya Gun ketua Geng Sperm, kan? Alih2 menjawab pertanyaan Elle, Gun malah tidak habis pikir, Elle dan teman2nya masih di bawah umur dan bagaimana mereka bisa masuk ke bar itu? Salah seorang teman Elle balik bertanya, bagaimana Gun dan teman2nya? Bukankah mereka juga di bawah umur? Tod meledek apa ia mau di cium? Tod hendak maju mencium teman Elle itu, namun mengkeret mundur karena teman cowo Elle yang maju menghalanginya (minta di cium…wkwkwkw).
“Ok, jika kau mau kenalan dengannya, habiskan ini dulu,” tantang Nick pada Elle seraya menyodorkan sloki minuman. Gun memperhatikan apa Elle akan menerima tantangan itu?  Elle menerima tantangan Nick dan  meminum minuman itu sekali teguk. Teman cowo Elle buru2 menarik sloki Elle dan menatap takjub padanya. Tod menyodorkan sloki kedua, dan Elle lagi2 meminumnya dengan sekali teguk. Tod kembali menyodorkan sloki yang ketiga, tapi Gun menahannya, “Cukup.” Elle yang tidak pernah minum, merasa tenggorokannya sakit. Melihat kondisi Elle, Gun tampak khawatir dan menariknya keluar klub. Tinggalah temen cowo Elle dan geng Sperm. Temen cowo Elle tersenyum sembari memegang sloki. Geng Sperm tertawa meledek, “Panggil pembasmi hama buat dia.” Teman cowo Elle tampak kesal, ia meletakkan gelas sloki di meja lalu berbalik pergi meninggalkan mereka.
Gun ternyata mengantar Elle pulang. Elle yang agak mabuk, tersenyum memandangi Gun di sebelahnya. Gun menghela nafas melihat Elle yang seperti itu. “Kau tidak boleh keluar seperti ini. Orang tua-mu pasti khawatir,” ujar Gun mengingatkan. Elle yang mabuk berkata kalau ia hanya ingin bertemu dengan Gun. “Kau tahu, kau sangat popular di kampus. Bertemu denganmu secara langsung, membuatku makin tergila2 padamu!” terang Elle senang. Gun hanya terdiam, ia hanya memandangi Elle tanpa ekspresi.
Gun terus memandangi Elle sembari mendekatkan wajahnya pada Elle. Elle yang mengira akan dicium oleh Gun, memejamkan matanya. Ternyata, Gun mengulurkan tangannya membuka pintu mobil untuk Elle. Elle tersentak mendengar bunyi pintu mobil dibuka, ia tampak malu karena sudah berpikiran yang tidak2 (hahaha…kecele nih ye). Gun menyuruh Elle pulang. Elle tidak mengindahkan ucapan Gun dan malah meminta nomor telpon Gun. Ia mengancam Gun memberikan nomor telponnya atau ia tidak mau turun dari mobil. Gun mendesah pelan, dengan terpaksa ia memberikan ponselnya pada Elle. Elle mengambil ponsel Gun lalu menuliskan nomornya. Bukan hanya itu saja, ia juga mengirim satu foto dari ponsel Gun dan mengirim ke ponselnya. Gun hanya menghela nafas melihat tingkah Elle sembari mengambil ponselnya kembali.
Elle meminta berfoto dengan Gun. Gun terlihat enggan, tapi Elle sedikit memaksa dengan menarik kepala Gun mendekat. Elle tersenyum senang karena berhasil berfoto bersama Gun. Gun nampak syok melihat tingkah Elle yang aneh. Tapi dia tidak bisa berbuat apa2, dia bukan orang yang tega menolak permintaan seorang wanita apalagi membuat mereka kecewa padanya.
Elle akhirnya turun dari mobil Gun. “Sampai jumpa lagi Gun,” ucap Elle seraya berjalan memasuki gerbang rumahnya (huaaa….rumah Elle keren euy). Gun hanya memandangi Elle dari dalam mobilnya.
“I Love You, Gun!” teriak Elle seraya melayangkan ‘Kiss Bye’ untuk Gun. Gun menghela nafas melihat kepergian Elle.
Keesokan harinya, di hotel Imperial sekaligus kediaman Gun, tampak Gun berada di kamarnya sedang memandang keluar jendela. Alarm di atas meja di samping tempat tidur berbunyi, pukul 7 pagi tepat. Gun mematikan alarm itu, lalu meraih gagang telpon dan menghubungi seseorang. Tidak berapa lama, Gun meletakkan kembali gagang telpon itu dan mengenakan jaketnya, bersiap berangkat ke kampus.
Saat hendak keluar, Gun berpapasan dengan Bibi pembantu di depan pintu. Gun bertanya apa kedua orang tuanya ada di rumah? “Mereka baru pulang sebelum jam 6 tadi, sepertinya masih tidur,” terang Bibi. Gun menghela nafas kecewa karena tidak bisa bertemu dengan orang tuanya. Bibi bertanya apa Gun mau sarapan? Gun menolak dan berkata dia akan sarapan di luar saja. Gun berjalan pergi, tapi Bibi memanggil Gun. “Gun, ayahmu menitipkan 5000 Bath buatmu,” ujar Bibi seraya menyodorkan beberapa lembar uang pada Gun. Gun hanya memandangi uang itu dan tidak menyentuhnya sama sekali.
 “Aku masih punya uang,” ucap Gun sembari berjalan pergi menuju kampus.
Song yang membonceng Dew baru saja tiba di kampus. Dew turun dari motor dan berdiri menunggu Song selesai memarkir motornya. Tiba2 Song berseru seraya menarik Dew ke dalam pelukannya, saat mobil Gun melaju dengan kencang dan hampir saja menyambar Dew. Gun mengerem mobilnya. Ia menurunkan kaca mobil dan melirik ke spion, ia melihat Song yang memeluk Dew. Gun tampak tidak peduli lalu menjalankan mobilnya kembali. Dew yang syok berteriak kesal pada mobil Gun yang berjalan menjauh bagaimana kalau dia tertabrak? Song tertawa mendengar teriakan Dew karena menurutnya Gun tidak akan mendengar teriakannya. Mendengar ucapan Song, Dew tersenyum geli. Ia melirik ke lengannya dan menyadari tangan Song masih memeluk lengannya dengan erat. Dew tersipu karenanya. Menyadari kalau ia masih setengah memeluk Dew, Song melepas pelukannya dan tersenyum simpul.
Song membantu Dew menaruh helmnya di motor. Mereka berdua sama2 tersipu karena kejadian tadi. Song lalu pamit pada Dew, ia akan ke kelasnya. Dew lalu memberikan kanvas milik Song yang sedari tadi dipegangnya. Song lalu berjalan pergi sambil tersenyum. Dew berbalik dan memandangi kepergian Song dengan hati berbunga2 (ciieeeee..yang lagi fall in love nih ye :p ). Tanpa mereka sadari, dua mahasiswa yang menyukai Dew mengamati mereka sedari tadi. Temannya memberi isyarat untuk memberi pelajaran pada Song.
Song ke toilet hendak buang air kecil. Di toilet sudah ada seorang mahasiswa culun bin nyetrik dengan kacamatanya. Ia terus memandangi Gun Song yang berdiri di sampingnya dengan tatapan mengejek. Tiba2 dua mahasiswa yang menyukai Dew, masuk ke toilet dan menghampiri Song. Salah satu mahasiswa itu menyuruh mahasiswa culun tadi untuk menyingkir. Song yang panik, buru2 berbalik pergi, tapi kedua mahasiswa tadi menahannya dan bertanya Song mau kemana? Song terdiam sesaat. Ia kemudian memberanikan diri bertanya apa yang mereka mau dari dirinya?
Salah satu mahasiswa itu lalu memukul wajah Song dan menyudutkannya di dinding. Mahasiswa culun tadi tampak berdiri ketakutan di sudut toilet, berpura2 buang air kecil. Ia tidak berani membantu Song. “Kau anak baru, jadi tolong sopan sedikit. Jangan main2 dengan pacarku,” ancam mereka. Mahasiswa yang satu menarik kerah baju Song lalu menyikut perutnya. Song merintih kesakitan, ia hampir terjatuh tapi mahasiswa itu menariknya berdiri. Beberapa mahasiswa yang hendak masuk ke toilet, buru2 keluar saat melihat kejadian itu. Mereka tampak ketakutan.
Mahasiswa tadi lalu memperingatkan Song, “Ingat baik2, Dew milikku.” Gun masuk tepat saat mahasiswa itu hendak memukul Song. Ia buru2 menurunkan tangannya melihat kehadiran Gun dan bergegas keluar dari toilet. Gun memandang heran pada Song yang kesakitan. Dipandangi seperti itu, Song buru2 keluar dari toilet. Gun semakin heran melihatnya.
 
Di kelas melukis, Song menghapus sketsanya dengan kasar. Ia masih marah karena kejadian di toilet tadi. Nem menghampiri Song lalu menaruh lengannya di pundak Song. “Apa kemampuan menggambarmu sebagus kemampuan merayumu?” tanya Nem seraya tersenyum geli. Song tampak bingung dengan maksud Nem, ia tertunduk lesu. Nem tampak bingung melihat ekspresi Song yang seperti itu. “Kenapa? Kau tak seperti orang jatuh cinta. Kau baru di sini, tapi sudah berkencan dengan gadis cantik. Kau tahu, semua orang ingin sepertimu,” ujar Nem tertawa senang. Bukannya ikut tersenyum, kata2 Nem malah membuat Song semakin cemberut. Ia kembali teringat kejadian di toilet, itu semua karena ia semakin dekat dengan Dew.
Nem lalu mendekatkan wajahnya ke Song. “Kuberitahu ya. Jika kau menyakitinya, kubunuh kau,” ancam Nem. Song tampak terkejut mendengar ancaman Nem. Melihat ekspresi terkejut Song, Nem tertawa dan berkata kalau ia hanya bercanda.
Tiba2 Gun masuk ke kelas itu dan menghampiri mereka. Melihat kehadiran Gun, Nem tampak kesal. Dengan wajah cemberut, ia kembali ke tempatnya. Gun mengikuti Nem, ia tersenyum pada Nem yang kembali menggambar. Sketsa Nem sangat bagus. Gun bertanya kapan Nem pindah dari Lampang? Nem kesal mendengar pertanyaan Gun. Ia menekan pensilnya terlalu kuat hingga mata pensilnya patah. Dengan emosi, Nem menarik kanvasnya lalu mengambil tasnya di lemari dan beranjak pergi dari ruangan itu. Semua orang memandang heran melihat sikap Nem. Gun berbalik memandangi kepergian Nem. Song mengamati Gun dengan tatapan penuh selidik. Gun melirik ke arah Song yang membuat Song gelagapan dan buru2 kembali melanjutkan sketsanya.
Di lapangan kampus. Tod menyulut rokoknya, ia menyalakan koreknya menggunakan jari kelinkingnya (gaya Tod nyalain korek unik dah). Ia duduk di pinggir lapangan  menonton teman2nya bermain bola.  Arm yang menjadi penjaga gawang. Permainan semakin seru. Tanpa sengaja bola melambung keluar lapangan dan hampir saja mengenai Song yang sedang berjalan pulang. Song menahan bola itu dengan kakinya. Perlahan Song mengembalikan bola itu ke lapangan dengan tendangan keras. Melihat bola yang melaju kencang ke arah mereka, mereka semua bergegas menyingkir. Tapi sayang, Champ terlambat menyingkir dan bola itu sukses mendarat di wajahnya hingga ia mimisan. Song terkejut, Tod apalagi. Ia melongo dan tanpa sadar rokoknya terjatuh dari mulutnya.
Song semakin panik melihat wajah Champ yang mimisan. Gun menghampiri Champ dan menanyakan keadaannya. Champ yang kesal lalu berjalan menghampiri Song, teman2nya mengikuti. Kla maju lebih dahulu dan mencengkram kerah baju Song, Song tampak ketakutan. Kla emosi dan berseru pada Song, apa ia mau membunuh temannya? Gun menarik Kla sebelum sempat menghajar Song, ia berusaha menenangkan Kla. Kla mulai tenang. Song menarik nafas lega.
Gun lalu bertanya pada Song apa ia mau main? Song hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Gun, ia masih gugup. Gun lalu menanyakan pendapat teman2nya. Suasana menjadi hening. Mereka semua akhirnya menyetujui Song bermain bersama mereka.
Song mulai bermain bola bersama geng Sperm. Dengan lihai ia menggiring bola melewati lawan2nya. Song lalu mengoper bola pada Gun, yang membuat Gun berhasil mencetak skor. Mereka bersorak penuh kemenangan.
Permainan pun usai. Gun dan Song lalu menghampiri Tod dan beristirahat di pinggir lapangan. Gun memuji kehebatan Song dalam bermain bola. Arm ikut bergabung bersama mereka sembari menyodorkan air mineral untuk Gun dan Song. Mereka tampak kelelahan. Semua memuji kehebatan Song. Song sumringah, dia berkata kalau ia biasa bermain bola saat SMA. Kla muncul dan berkata kalau permainan Gun tidak sebagus itu. Song menatap Kla heran. Champ bertanya apa Song satu SMA dengan Gun? Song mengangguk mengiyakan.
Tod yang duduk di belakang Song, mencolek bahunya. Ia lalu mengenalkan dirinya pada Song. Ia juga mengenalkan teman2nya satu persatu. Tod mengenalkan Arm pada Song. “Tapi jangan bicara dengannya. Dia cerewet, “ ledek Tod. Arm mengumpat kesal mendengar ledekan Tod, ia hendak memberikan pelajaran pada Tod namun Champ menahannya. Tod tertawa2 melihat ekspresi Arm.

Tiba2, Beer dan gengnya memasuki lapangan itu dengan mengendarai motor. Kla yang mengetahui hal itu, bergegas memperingatkan Gun. Suasana yang tadinya menyenangkan, berubah tegang karena kedatangan Geng Beer. Beer cs turun dari motor lalu berjalan menghampiri mereka. Song yang mengenali Beer sebagai orang yang bertengkar dengan Gun di  kantin, merasa heran melihat kedatangan Beer dan Gengnya. “Kita belum selesai,” ujar Beer pada Gun.
 
Ternyata kata ‘belum selesai’ yang Beer maksud adalah lanjutan pertengkaran mereka di kantin tempo hari. Beer menantang Gun untuk duel, Gun pun menuruti permintaan Beer. Mereka pun berkelahi one by one. Teman2 mereka bersorak, saling menyemangati Ketua geng mereka masing2. Beer mulai melayangkan pukulan ke arah Gun tapi Gun berhasil mengelak. Gun menahan tangan Beer dengan lengannya, tapi itu dijadikan kesempatan bagi Beer untuk melayangkan pukulan ke perut Gun hingga Gun terdesak mundur. Song mengamati pertarungan itu dengan wajah cemas.
Gun menahan rasa sakit di perutnya, tapi hal itu tidak membuat dia menyerah. Ia lalu maju dan menghajar Beer berkali2 hingga jatuh tersungkur. Dan tentu saja, itu berarti pertarungan di menangkan oleh Gun. Beer tertunduk menahan rasa sakit. Teman2nya memaki agar Beer segera bangun. Gun maju menghampiri Beer, tapi Beer mengacungkan tangannya menahan langkah Beer. “Aku menyerah,” ujar Beer.
 
Melihat Beer yang sudah menyerah, Gun pun mengulurkan tangannya untuk membantu Beer berdiri. Beer meraih uluran tangan Gun dan bangkit. Beer berkata kalau ia menyerah hanya untuk hari ini. Ia lalu mengajak teman2nya pergi dari tempat itu. Kheng yang emosional, tidak terima dengan kekalahan  Beer. Tiba2 ia menyerang Gun dari belakang. Gun terkejut dengan serangan tiba2 itu. Teman2 Gun naik pitam dan menghajar Kheng. Perkelahian hampir saja terjadi jika saja Gun dan Beer tidak berusaha melerai teman2 mereka. Beer lalu menarik Kheng pergi. Kheng hendak mengeluarkan pisau yang terselip di pinggangnya, tapi Beer mencengahnya seraya membawa Kheng pergi dari tempat itu. “Jangan sampai aku melihatmu lagi!” seru Kheng kesal yang ditujukkan pada Gun.
Gun memandangi kepergiaan mereka dengan pandangan heran. Ia tidak habis pikir dengan sikap Kheng yang tiba2 menyerangnya seperti itu. Tiba2 Champ dan Nick berlari sambil ngos2an menghampiri mereka sembari membawa sekeranjang kecil bola tenis. Champ dengan kesal berkata seharusnya ia menimpuk Kheng dengan bola2 itu. Tod dan Arm menghampiri mereka. Mereka merasa heran, untuk apa bola2 tenis itu. Champ berkata itu untuk menimpuk Kheng cs. “Buat apa? Mereka sudah kabur, bodoh!” ucap Tod kesal seraya berpura2 menghajar Champ. Arm menimpuk pelan kepala Nick dengan bola tenis yang dibawanya. Gun tersenyum melihat tingkah teman2nya itu. Sementara Song, ia berdiri di pinggir lapangan sambil tersenyum lebar melihat ulah teman2nya.
Song pulang ke apartemennya. Pada saat yang bersamaan, Neung dan pacarnya juga baru datang. Melihat mereka berdua, Song bersembunyi di balik tembok. Neung masuk ke dalam apartemen untuk memeriksa apakah Song ada di rumah, sementara Natt menunggu di luar. Melihat Song belum pulang, Neung mengajak Natt masuk ke dalam apartemennya. Song yang mengintip dari balik tembok, tampak merasa kesal. Ia lalu memutuskan pergi dari tempat itu daripada berurusan dengan mereka berdua.
Alih2 menghilangkan stresnya, Song pergi ke jembatan untuk menenangkan diri. Ia duduk di pinggir jembatan sembari menggambar. Sepasang kekasih yang naik sepeda lewat di depan Song. Song menghentikan kegiatannya, ia tampak galau memikirkan sesuatu. Ia meraih ponselnya dan mencari kontak Dew. Awalnya ia berniat menghubungi Dew, namun urung karena ia merasa ragu. Song berpikir sesaat, ia lalu memutuskan menghubungi Gun.
Hingar bingar klub malam, DJ memainkan lagu yang membuat pengujung klub malam itu yang sebagian besar adalah wanita, bergoyang mengikuti hentakan irama. Di tengah2 lantai dansa, tampak Geng Sperm asik berjoget. Untuk menghilangkan rasa galaunya, Song diajak teman2nya ke klub malam itu. Song yang baru pertama kalinya ke klub malam, tampak takjub melihat tempat itu. Ia mengamati sekelilingnya seraya tersenyum. Charm yang berjoget di samping Song, memuji Song yang tampak keren memakai jaket Gun. Song tampak  tersipu mendengar pujian Charm. Sementara itu dari pinggir lantai dansa, Kla yang tidak ikut bergabung bersama teman2nya tampak mengamati menatap Song dengan pandangan tidak suka.
Kembali ke lantai dansa, Nick menyuruh Song bergoyang sembari mengajarkan Song gaya dance yang aneh. Tod tertawa meledek Song, apa ia belum pernah clubbing? Song menggeleng mengiyakan. Tod kembali meledek Song kalau gerakannya payah. Song nyengir mendengar ledekan Tod. Ia lalu ikut berjoget bersama yang lainnya. Kla terus mengamati mereka sambil menegak minumannya.
Tiba2 dua pria bertubuh kekar muncul tampak mengamati Geng Sperm. Salah satu dari pria kekar itu lalu memberi isyarat tangan pada Nick agar menghampiri mereka. Dengan setengah hati, Nick menghampiri mereka. Kedua pria kekar itu lalu merangkul Nick dan mengajaknya ke suatu tempat. Gun akhirnya datang ke klub itu, ia menyapa orang2 yang dikenalnya. Ia mengintarkan pandang dan melihat teman2nya sedang asyik bergoyang di lantai dansa. Mata Gun tertumbuk pada Nick yang dibawa oleh dua pria kekar tadi menyendiri. Kedua pria itu meminta rokok Nick. Nick yang penakut lalu memberikan rokoknya pada mereka. Kedua preman itu mengambil rokok Nick lalu pergi sembari memukul pelan kepala Nick. Gun tampak kesal melihat hal itu. Ia lalu mengintrogasi Nick siapa mereka? Nick berkata mereka adalah preman gak jelas yang selalu meminta rokoknya. Gun mulai emosi, ia tidak terima temannya diperlakukan seperti itu.
Kedua preman tadi berada di toilet, salah satunya sedang buang air kecil. Mereka tertawa senang melihat hasil jarahan mereka. Tiba2 dari belakang, Gun muncul dan menghajar mereka berdua hingga terjungkal ke lantai. Mereka terkejut dan bertanya siapa Gun? “Jangan macam2 dengan temanku!” ancam Gun. Ia lalu mengambil kembali rokok Nick dari tangan mereka seraya berlalu pergi.
Geng Sperm + Song berada di bukit tempat biasa mereka berkumpul. Gun mengembalikan rokok Nick yang dirampas kedua preman tadi. Dengan ragu Nick mengambilnya. “Jangan biarkan mereka memerasmu lagi,” ucap Gun tersenyum seraya menepuk pelan pundak Nick. Kla menghampiri Gun. “Kau pikir kau jagoan? Jika mereka menghajarmu, itu akan menghancurkan reputasi geng kita,” ujar Kla khawatir. Charm menilai kalau apa yang dilakukan Gun itu untuk tujuan baik dan meminta Kla bersikap santai. Gun mengangguk mengiyakan. Ia menepuk pundak Kla untuk menenangkannya sembari menghampiri teman2nya yang duduk di pagar pembatas.
Tod menyalakan rokok dengan gaya uniknya (aku suka liat cara Tod nyalain korek pake jari kelingking, unik gitu). Ia lalu menyodorkan rokok itu ke mulut Song. Song tampak terkejut tapi ia mencoba menghisapnya sekali, tapi yang ada Song malah batuk2. Tod yang merasa heran bertanya apa Song tidak bisa merokok? Song berkata kalau ia tidak pernah merokok. “Jangan coba kalau kau tak suka. Terserah padamu,” timpal Gun. Tod bertanya apa rokok separah itu yah?
“Aku lebih suka memakannya,” ujar Tod sembari berpura2 hendak memakan rokoknya. Mereka semua mengamati Tod, menunggu ia memakan rokok itu. Tod yang hanya bercanda terkejut melihat keseriusan teman2nya, ia kembali bertanya apa tidak ada yang menahannya?
“Kalau begitu, aku merokok seperti biasa saja” ucapnya sambil kembali menikmati rokoknya.
Teman2nya berpura2 kecewa karena Tod tidak jadi memakan rokoknya. Nick meminta Tod membuktikan kalau ia bisa memakan rokok itu. Alih2 menuruti permintaan Nick, Tod malah menyodorkan rokoknya pada Nick agar ia memakannya duluan. Nick tidak mau dan berusaha kabur, tapi Tod dan Arm mengejarnya sembari menyodorkan rokoknya. Teman2nya tertawa melihat tingkah lucu mereka. Gun lalu duduk di samping Song.
“Mengapa kalian selalu berkelahi?” tanya Song tiba2. Gun berbalik mendengar pertanyaan Song itu,“Seharusnya kau tanya, ‘Mengapa yang lain selalu menantang kami berkelahi?’” Song terdiam. Teman2nya yang tadi bermain kejar2an kembali berkumpul bersama mereka. Gun melanjutkan ucapannya, “Kau harus jadi kuat. Kau akan selalu dikerjai.” Gun lalu memengang pundak Song, “Jika kau tak punya teman, bergabunglah dengan kami.” Song tersenyum mendengar tawaran Gun.
Nick memberi syarat kalau Song ingin bergabung dengan mereka, Song harus bertukar pakaian dalam dengannya. Teman2nya tertawa mendengar syarat Nick. Nick bertanya apa Gun takut? Ia lalu membuka satu persatu celanananya, lalu menyodorkan pakaian dalamnya pada Song. “Jika kau tak berani, kau tak bisa masuk geng kami,” ujar Kla.
“Berani?” tantang Nick sekali lagi. Song akhirnya menerima tantangan Nick. Ia meraih pakaian dalam Nick lalu pergi ke samping mobil Gun untuk berganti. Teman2nya bersorak menyemangati. Song melirik kiri-kanan, berharap tidak ada yang melihatnya. Setelah beberapa saat…Tadaa! Song selesai berganti dan menujukkan pakaian dalamnya lalu melemparkannya pada Nick. Nick menangkap pakaian dalam Song lalu memakainya. Teman2nya tertawa melihat tingkah mereka berdua. Arm menyodorkan celana panjang Nick, tapi Nick menolaknya. Ia memutuskan hanya memakai pakaian dalam Song.
 
Nick lalu berjalan menghampiri Song dan merangkul bahunya, “Sekarang kau anggota geng Sperm. Jika ada yang macam2 denganmu, aku yang urus,” ucap Nick. Tod meledek kalau apa yang diucapkan Nick itu omong kosong. Karena selama mereka berteman, ia belum pernah melihat Nick berkelahi. Kla berkata ia yang akan lebih dulu menendang bokong Nick seraya merangkul Nick dan pura2 menghajarnya. Nick berusaha kabur dari kejaran teman2nya yang hendak menedang bokongnya. Song tertawa melihat tingkah teman2 baru2nya itu.
Song mulai menghabiskan waktunya bersenang2 bersama teman2nya. Mereka berenang bersama di kolam renang hotel milik Gun dan beradu panco. Bermain bola di lapangan tempat biasa mereka berkumpul hingga menghabiskan sore hari sembari bermain gitar. Mereka sangat menikmati kebersamaan mereka itu.
Geng Sperm sedang berada di depan café, tampak mendengarkan dengan serius cerita Nick tentang dvd porno yang dia tonton. Semuanya tampak penasaran mendengarnya, bahkan Arm menyumpal hidungnya dengan kapas untuk berjaga2 agar dia tidak mimisan mendengar cerita Nick. Namun cerita Nick terputus karena kaset yang di tontonnya tiba2 rusak. Mereka semua tampak kecewa mendengarnya.  Tod komen seharusnya Nick membeli kaset asli bukannya kaset bajakan. Sekelompok pemuda yang duduk di meja sebelah tampak terganggu dengan keributan geng Sperm. Charm juga ikut komen, tapi malah  hendak ditimpuk buku oleh Kla. Parahnya, bukannya mengenai Charm, buku itu malah melambung tinggi hingga mengenai salah satu pemuda itu.
Para pemuda itu kesal dan beranjak dari kursinya lalu menghampiri Geng Sperm. Geng Sperm berdiri waspada. Nick buru2 bersembunyi di belakang Gun. Charm yang hendak melarikan diri malah terjatuh menabrak kursi. Teman2nya melihat heran Charm. Pemuda yang terkena timpukan Kla bertanya dengan kesal siapa yang melakukannya? Tod berseru kalau ia yang melakukannya seraya melayangkan tendangannya ke salah satu pemuda itu.
Perkelahian tak dapat terelakkan. Mereka saling menghajar satu sama lain. Nick melarikan diri dan bersembunyi di toilet. Sementara Song tampak bingung dengan perkelahian itu. Ia tidak pernah berkelahi sebelumnya. Tiba2 salah satu pemuda tadi menghampiri Song dan melayangkan pukulan ke wajah Song. Melihat Song yang dipukul, Gun berusaha menolongnya dan mendorong pemuda itu. Tiba2 terdengar sirene polisi. Mereka semua langsung lari berhamburan. Kla dan Arm berboncengan motor pergi dari tempat itu. Sedang Gun dan yang lainnya masuk ke dalam mobil Gun. Tinggalah Nick di kamar mandi mengamati keadaan.
Tiba2 Gun mengerem mobilnya. Mereka semua memandang heran ke jok depan. Ternyata salah satu dari kelompok pemuda tadi salah masuk ke dalam mobil Gun dan duduk di pangkuan Tod. Pemuda itu hanya bisa nyengir (ngakak liat adengan ini..lol). Pemuda itu ditendang keluar dari mobil Gun. Mobil Gun lalu beranjak pergi. Nick yang melihat teman2nya sudah pergi, berusaha mengejar mobil Gun.
Di taman kampus, Nem memberikan hadiah pigura kaca yang dibuatnya sebagai hadiah ulang tahun untuk Dew. Dew berterima kasih atas hadiah Nem. Nem lalu ikut duduk bersama Dew dan salah seorang temannya. Dew yang tampak khawatir bertanya pada Nem apa Song masuk hari ini? Nem berkata tidak, ia menyarankan agar Dew menelpon Song. “Dia tahu hari ini ulang tahunmu?” tanya Nem. Dew mengangguk mengiyakan dan berkata kalau Song tidak menjawab telponnya. Nem tersenyum menggoda Dew, “Sepertinya kau sangat perhatian padanya.” Dew tampak tersipu.
Tiba2 Nem berseru, “Tle ke sini!” Mendengar nama Tle, Dew langsung cemberut. Seorang pemuda berkacamata dan membawa seikat mawar merah menghampiri mereka. “Dew. Selamat ulang tahun,” ucap pemuda yang bernama Tle itu pada Dew. Nem bertanya kenapa Tle kemari? Nem mengira kalau Dew dan Tle sudah putus. Tle meminta tolong pada Nem agar mengizinkannya bicara dengan Dew. Nem bersikap tak acuh. Dew semakin cemberut.
“Dew, maafkan aku atas apa yang telah kulakukan. Bolehkah aku kembali peduli pada pujaan hatiku lagi?” rayu Tle sembari menyodorkan seikat mawar merah itu pada Dew. Nem merasa kalau rayuan Tle itu membuatnya ingin muntah. Tle tidak mengidahkan ucapan Nem. Ia kembali membujuk Dew agar memaafkannya. Dew merasa tersentuh mendengar permintaan maaf Tle, tapi ia merasa ragu mengambil mawar itu. Teman Dwe memberi isyarat agar Dew menerima mawar itu. Walaupun sedikit ragu, Dew akhirnya mengambil mawar pemberian Tle. Tle merasa senang karena Dew akhirnya menerima mawar itu yang berarti juga Dew menerima permintaan maafnya. Ia lalu bergabung bersama mereka dan duduk di samping Nem.
Tanpa sepengetahuan mereka, Song sedari tadi bersembunyi di balik tiang dan mendengar obrolan mereka. Kekecewaan tampak terlihat jelas di wajah Song. Ia memegang sebuah kotak kado kecil, hadiah yang tadinya akan diberikan pada Dew sebagai hadiah ulang tahunnya.
Nem pulang ke rumahnya dengan wajah kesal. Gun berusaha mengejarnya. Ia memarkir mobilnya di ujung lorong lalu turun dari mobil berusaha mengejar Nem. Gun tidak habis pikir mengapa Nem marah padanya? Nem menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Gun. “Jika kakakku tidak mengenalmu, dia tidak akan mati! “ seru Nem kesal. Beer, Kheng dan dua orang temannya melihat pertengkaran Gun dan Nem dari warung di samping mereka. Nem hendak berbalik pergi, namun Gun buru2 menarik tangannya karena Kheng cs menghampiri mereka. Gun tampak waspada, berusaha melindungi Nem.
“Sudah kubilang, jangan sampai aku melihat wajahmu lagi!” ujar Kheng. Salah seorang teman Kheng lalu mengintari Gun, Gun semakin waspada. Kheng memuji Nem sebagai pacar Gun yang cantik. Nem tampak kesal dan berkata kalau ia bukan pacar Gun seraya beranjak pergi. Tapi Kheng buru2 menahan Nem dan menyanderanya. Gun panik dan berusaha maju menyelamatkan Nem, tapi Kheng malah menodongkan pisau ke wajah Gun. Gun bergerak mundur. Beer yang tidak suka melihat tingkah Kheng, menegur agar Kheng menurunkan pisaunya. Tapi Kheng malah membentak kalau itu bukan urusan Beer. Beer mundur perlahan sembari bergantian memandang Gun dan pisau yang dipegang Kheng. Gun memberi isyarat mata pada Beer, Beer mengerti.
Tiba2 Beer menarik tangan Gun berusaha merebut pisaunya. Kesempatan itu diambil Gun untuk menyelamatkan Nem. Beer berteriak agar Gun segera pergi dari tempat itu. Dua teman Kheng berusaha menghalangi Gun, tapi Gun berhasil menendang mereka berdua hingga terjungkal. Kheng sempat melukai pundak Gun dengan pisaunya. Gun segera menarik Nem pergi dari tempat itu. Sementara itu, Kheng tampak kesal karena Beer sudah menghalanginya. Ia menondongkan pisau ke wajah Beer dan meraih kerah bajunya. Ia menghempaskan Kheng dengan kesal dan mengancamnya dengan pisau, “Jangan coba2!”
 
Gun dan Nem terus berlari menghindar dari kejaran Kheng cs. Mereka mengintari pasar kerajinan itu untuk menyelamatkan diri. Dua preman itu berhasil mengejar Gun, tapi Gun berhasil menghajar mereka. Gun lalu menarik Nem pergi. Tanpa mereka sadari, mereka berlari sambil berpegangan tangan. Gun dan Nem lalu bersembunyi di salah satu toko. Dua preman yang mengejar tidak berhasil menemukan mereka. Mereka berdua bersembunyi di balik pintu. Keadaan sudah aman. Saat menengadahkan wajahnya, Nem termangu menyadari wajahnya terlalu dekat dengan wajah Gun. Suasana menjadi canggung. Gun menatap mata Nem dalam. Tiba2 Nem mendorong Gun dengan keras hingga membentur pintu dan menampar wajah Gun. Nem lalu pergi dengan kesal meninggalkan Gun yang terdiam karena tamparan Nem tadi.
Song berada di bukit tempat favorit Geng Sperm. Ia duduk di pinggir danau sambil memegang kotak hadiah ulang tahun untuk Dew. Ia membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya yang ternyata adalah gantungan kunci berbentuk ikan yang dipilih Dew saat mereka jalan2 tempo hari. Song mengamati gantungan kunci itu dengan perasaan galau. Ia memasukkan kembali gantungan kunci itu ke dalam kotak dan menghela nafas berat. Song benar2 risau memikirkan Dew.
Sementara itu, Champ, Arm dan Tod asyik bermain2 di belakang Song. Arm memakai mainan lompat untuk menarik perhatian dua gadis yang sedang asyik menikmati sore di bukit itu. Champ dan Tod tertawa melihat tingkah Arm yang mendekati kedua gadis itu dan berusaha merayunya dengan bahasa isyarat (aku bingung sendiri, nih Arm bisu-nya kadang2).
Tod memalingkan wajah dan didapatinya Song sedang melamun. Tod merasa ada yang aneh pada sahabatnya itu. Nick lalu mengajak Tod menghampiri Song. Arm yang gagal merayu kedua gadis tadi, ikut menghampiri Song yang sedang galau. Mereka bertiga lalu duduk di samping Song. Nick bertanya ada apa dengannya? Ia beranggapan kalau Song seperti orang yang sedang patah hati saja. Song membantah anggapan Nick. Tod menimpali kalau ucapan Song itu omong kosong. Ia meminta Song untuk tersenyum. Song mencoba tersenyum, tapi malah terlihat aneh karena senyumnya terlihat dipaksakan. Tod menggeleng melihat senyum terpaksa Song.
“Hei, kalian berdua tunjukkan padanya cara tersenyum,” perintah  Tod pada Nick dan Arm. Nick dan Arm lalu menunjukkan senyum lebarnya. Bukannya membuat Song tersenyum, tingkah mereka berdua malah membuat Tod mengumpat karena senyum mereka berdua malah membuat mereka berdua tetap terlihat bodoh. “Jika aku bodoh, kau lebih bodoh lagi!” seru Nick pada Tod seraya tertawa lebar. Bukannya marah, Tod malah ikut tertawa. Alih2 ikut tertawa mendengar gurauan teman2nya, Song tetap dengan ekspresi galaunya. Teman2nya mulai khawatir melihat Song. Nick menepuk pundak Arm dan Song, mengajak mereka pergi ke tempat lain. Arm beranjak mengikuti Nick, sementara Song dan Tod tidak beranjak sama sekali.
Tod mengamati Song yang terus melamun. Tod menepuk pelan pundak Song. “Song. Dia tidak akan jadi satu2nya gadis dalam hidupmu. Jika kau tak punya siapa2, kau masih punya kami,” ujar Tod memberi semangat Song seraya beranjak pergi. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik memanggil Song. Song mengangkat wajahnya. Tod mengulurkan tangan pada Song. Song akhirnya tersenyum dan menerima uluran tangan Tod. Mereka akhirnya berhasil membuat Song tersenyum dan menghilangkan rasa galaunya. Mereka lalu pergi meninggalkan bukit itu.
Malam harinya, Geng Sprem naik mobil Gun menuju klub malam untuk bersenang2. Song bernyanyi dengan riang di mobil, sepertinya dia sudah melupakan soal Dew. Saat mobil Gun melewati sebuah hotel, Song melihat pacar kakaknya, Natt, sedang bersama wanita lain beserta teman2nya di café hotel. Song meminta Gun menghentikan mobilnya. Song lalu turun dari mobil dan mengamati Natt dan teman2nya dari samping café. Teman2nya ikut turun dari mobil. Gun bertanya ada apa. Dengan emosi Song menunjuk ke arah café dan berkata kalau pria yang sedang bermesraan dengan seorang wanita itu adalah pacar kakaknya. Nick bertanya apa wanita itu temannya? Kla menimpali kalau wanita itu mungkin pacar yang sebenarnya (berarti kakaknya Song cuman selingkuhan dong ya?). Tod malah semakin memanas-manasi Song, ia menduga kakaknya Song hanya dijadikan mainan oleh pacarnya. Teman2nya tampak kesal mendengar ucapan Tod, Champ meminta Tod menjaga ucapannya. 
Gun bertanya apa yang akan Song lakukan? Song hanya terdiam. Melihat sikap diam Song, Gun menarik Tod untuk memberi pelajaran pada pacar kakaknya itu. Teman2nya yang lain mengikuti. Nick berusaha menahan teman2nya. Ia yang memang pada dasarnya penakut, mulai panik.
Song dan yang lainnya menghampiri Natt. Natt merasa heran melihat kehadiran Song dan teman2nya.  “Mengapa kau lakukan ini pada kakakku?!”  tanya Song emosi. Pacar Natt yang bingung dengan maksud Song, bertanya pada Natt siapa dia? Natt menenangkan pacarnya dan pura2 tidak mengenal Song. Natt lalu mengajak teman2nya pindah ke tempat lain. Natt menarik pacarnya pergi dari tempat itu. Gun tidak habis pikir kenapa Song membiarkan Natt pergi begitu saja. Song yang marah karena diabaikan berusaha menahan Natt, tapi Natt malah mendorongnya hingga terjatuh ke aspal.  Gun tidak terima temannya diperlakukan seperti itu, ia pun menghajar Natt. Teman2 Natt yang masih berada di dalam café terkejut, mereka beranjak untuk membantu Natt. Tapi Geng Sperm menghalangi mereka.
Perkelahian pun tak dapat terelakkan. Nick yang ketakutan makin panik. Bukannya membantu teman2nya, ia malah berlari masuk ke dalam mobil, mengencangkan volume musik, lalu mengunci pintu mobil. Ia bersembunyi di jok belakang. Salah seorang tamu hotel lalu menghubungi polisi, mengabarkan tentang perkelahian di depan hotel itu.
Tidak lama kemudian, terdengar sirene polisi. Gun yang menyadari hal itu berteriak pada teman2nya kalau polisi datang. Mereka semua panik lalu lari menuju mobil Gun. Mereka menggedor pintu mobil, memanggil2 Nick, meminta dibukakan pintu. Tapi karena musik yang diputar Nick terlalu kencang, ia tidak mendengar panggilan teman2nya. Mereka semua semakin panik karena Nick tak kunjung membuka pintu mobil. Nick akhirnya mengangkat kepalanya dan menyadari kepanikan teman2nya, ia pun membuka pintu mobil. Tapi terlambat, polisi sudah keburu memborgol teman2nya. Mereka hanya bisa pasrah digiring ke kantor polisi.
Geng Sperm bermalam di sel di kantor polisi. Mereka semua tampak duduk termenung meratapi kesialan mereka kali ini. Sesekali mereka melirik Nick yang tertunduk lesu. Nick menyadari ini semua karena kesalahannya. Kla yang kesal bangkit dan melayangkan tinjunya ke wajah Nick. Gun berusaha melindungi Nick, ia tidak habis pikir dengan sikap Kla yang tiba2 emosi seperti itu. Kla menyalahkan kebodohan Nick yang mengunci pintu mobil sehingga mereka terlambat kabur dan akhirnya ditahan di sel itu. “Dia teman kita, kawan,” ucap Gun mengingatkan. Kla yang emosi tidak mengindahkan ucapan Gun dan terus menyalahkan Nick. Nick bangkit seraya memegang wajahnya yang terluka karena pukulan Kla.
“Kau pikir yang dia lakukan benar? Pengecut ini membuat kita dalam masalah,” seru Kla kesal. Champ menghampiri Kla, ia bertanya apa Kla masih mau melindungi Nick?! Tidak berarti Kla harus memukul Nick. Alih2 mendengar nasihat Champ, Kla malah mendorongnya dengan kasar. Kla berseru apa teman2nya itu melindungi Nick? “Baik. Aku memang sampah. Aku bukan sahabat sejati. Tapi akulah yang selalu berkelahi bersamamu dan tak pernah lari!” seru Kla kesal pada Gun. Gun yang mengerti kalau sahabatnya itu sedang emosi berusaha menenangkannya dengan memegang pundaknya, tapi Kla malah menyingkirkan tangan Gun dengan kasar. 
“Gun, kau yang mendirikan geng kita. Kau ingat kita siapa? Kau bilang kita semua pemenang. Kita adalah sperma yang terkuat, lebih kuat dari jutaan sperma lainnya. Itu sebabnya kita terlahir,” ujar Kla yang membuat teman2nya tertegun. Kla lalu menunjuk Nick, ia menganggap kalau Nick hanyalah seorang pengecut. Bagaimana bisa ia berada di dalam geng mereka?
“Tapi dia teman kita, kawan,” ujar Gun kembali mengingatkan.
“Aku yakin Nick juga tidak mau berakhir jadi seperti ini,” timpal Song.
Mendengar ucapan Song, Kla marah dan menunjuk Song agar jangan ikut campur karena dia hanya orang baru. Song mundur perlahan melihat kemarahan Kla. Kla menatap Nick dan berteriak marah, “Nick, sebaiknya kau tinggalkan geng ini. Pergilah!” Gun yang dari tadi menahan emosinya akhirnya ikut marah dan berteriak agar Kla berhenti berkata seperti itu. Gun emosi dan mendorong Gun dengan kasar seraya memakinya. Tapi pertengkaran mereka dilerai oleh petugas polisi yang menyampaikan kalau mereka sudah ditebus seraya membuka kunci sel. Gun dan Kla saling memandang dengan penuh emosi. Melihat mereka semua tidak beranjak keluar, petugas itu tampak kesal dan berkata jika mereka tidak mau keluar mereka tinggal di sel itu saja.
Kla keluar duluan seraya mendorong Arm yang menghalangi jalannya dengan kasar. Teman2nya hanya bisa terdiam melihat tingkah Kla.  Tod melirik kesal pada Nick yang terus tertunduk merasa bersalah.
Di ruang tunggu, para orang tua sedang menunggu anak2 mereka dibebaskan. Kla berjalan tertunduk menuju ruang tunggu, menghampiri orang tuanya.  Seorang wanita yang bergaya sedikit glamour beranjak dari duduknya saat melihat kedatangn Kla. Tiba2 wanita itu melayangkan tamparan ke wajah Kla. Kla hanya bisa terdiam saat wanita yang ternyata ibunya itu memarahinya dengan kesal.  “Mau jadi apa kau? Kau mau jadi gangster? Siapa yang mengajarmu jadi seperti ini. Jika kau ingin jadi gangster, tak usah pergi ke kampus lagi,” serunya. Ibu Champ berusaha mengingatkan Ibu Kla agar ia tenang, tapi ibu Kla malah menampiknya dan meminta Ibu Champ mengajari anaknya sendiri. Ibu Champ sampai terkejut mendengar ucapan Ibu Kla yang sedikit kasar itu.
 
Ibu Kla menarik Kla dengan kasar, mengajaknya pulang. Ia berhenti sesaat menatap geng Sperm dan mengupat mereka. Geng Sperm hanya bisa terdiam mendengar umpatan Ibu Kla. Ibu Kla pergi dari tempat itu dengan keadaan marah. Satu persatu para orang tua itu pulang bersama anak2nya. Arm bersama ayahnya, Champ dan Nick bersama ibu mereka masing2. Tinggalah Gun, Song dan Tod di tempat itu. Gun celingak celinguk  tampak mencari2 seseorang. Sekretaris ayah Gun yang sedari tadi duduk, akhirnya berdiri dan menanyakan kabar Gun. Gun tidak merespon sapaan Sekretaris ayahnya itu, ia terus melirik ke belakang Tuan Sekretaris, mencari2 seseorang. Tuan Sekretaris tampak bingung melihat tingkah Gun dan ikut melirik ke belakang. Akhirnya Tuan Sekretaris menyadari apa yang sebenarnya Gun cari.
“Ayah dan ibumu masih di Singapura sekarang,” terang Tuan Sekretaris. Gun tertunduk lesu, rasa kecewa teraut jelas di wajahnya. Ia merasa sedih melihat orang tua teman2nya menjemput anak2nya, sedangkan orang tuanya malah mengirim Sekretarisnya untuk menjemputnya. Gun benar2 merasa dikecewakan untuk yang kesekian kalinya oleh orang tuanya sendiri. Tidak adanya perhatian yang orang tuanya berikan pada Gun lah yang membuat Gun menjadi seperti sekarang ini, selalu terlibat masalah.
Namun Gun tidak mau bersedih berlama2, ia berbalik dengan cepat menatap kedua temannya. Ia bertanya pada Song bagaiamana ia akan pulang? Apa Song perlu tumpangan? Song berpikir sejenak. “Aku tak mau pulang sekarang. Bolehkah aku menginap di tempatmu?” tanya Song yang diiyakan Gun. Tod bertanya bolehkah? Gun membenarkan. Ia lalu mengajak kedua sahabatnya meninggalkan tempat itu untuk menginap di rumahnya. Tuan Sekretaris diabaikan oleh Gun, “Tuan Gun, haruskah kita….tunggu,” ujar tuan Sekretaris bingung. Tapi ia hanya bisa pasrah melihat sikap tuan mudanya itu.
Di rumah Nem, Ibu sedang bersedih. Ia membelai sayang pigura foto dirinya dan putra semata wayangnya, Oak, yang kini telah tiada. Nem yang baru pulang dari kampus, terkejut mendapati ibunya sedang menangis. Nem merasa sedih melihatnya, ia lalu duduk di samping ibunya.
 
“Ibu, mengapa kau menangis lagi?” tanya Nem sembari mengambil foto itu dari tangan ibunya lalu meletakkannya di atas meja. Ibu tidak menjawab pertanyaan Nem. Ia lalu merangkul Nem dan membelai rambutnya dengan sayang. Nem balas memeluk erat ibunya.
“Oak seharusnya tidak mengenal sialan itu,” ucap Nem sedih. Ia masih merasa marah karena merasa kematian kakaknya dikarenakan mengenal Gun. Ibu terkejut mendengar ucapan Nem barusan. “Jangan bilang begitu,” ucap ibu mengingatkan. Nem menatap ibunya dengan tatapan kesal, “Apa aku bilang sesuatu yang salah? Jika Oak tidak pergi dengannya….”
Ucapan Nem terpotong mendengar seruan ibu. “Nem! Jangan salahkan Gun! Kau tahu…dia sangat menyayangi kakakmu.” Ibu lalu menceritakan saat Ibu yang baru tau kalau Oak kecanduan narkoba.
= Flashback =
Oak sedang membongkar laci, mencari2 sesuatu dengan terburu2. Ia lalu menemukan kaleng berisi uang hasil jualan ibunya. Ia tersenyum senang. Tiba2 ibu datang dan melihat kelakuan Oak. Ia terkejut dan bertanya apa yang Oak lakukan seraya berusaha mengambil kembali uang jualannya dari tangan Oak. Oak meminta ibunya melepaskan tangannya dan menepis tangan ibunya dengan kasar. Ia lalu pergi meninggalkan ibunya yang menangis sedih melihat kelakuannya. Ibu lalu menghubungi Gun, meminta bantuannya agar membawa pulang Oak kembali ke rumah.
Oak dipukuli beberapa orang hingga babak belur. Saat Gun tiba, ia menemukan Oak sedang dipukuli oleh orang2 yang ternyata para pengedar narkoba tersebut hingga wajahnya berlumuran darah. Gun berusaha menyelamatkan Oak, tapi para pengedar itu keburu lari melihat kedatangan Gun.
Gun lalu menghampiri Oak yang sudah tidak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari kepalanya. Gun berteriak memanggil2 nama Oak, berusaha menyadarkannya. Tapi terlambat, Oak sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Gun menangis melihat kepergiaan sahabat yang disayanginya tersebut. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa Gun hanya diam saja menghadapi kemarahan Nem padanya. Ia juga merasa bersalah karena tidak berhasil menyelamatkan sahabatnya itu.
 = Flashback End =
== Bersambung =
 
Written by : Ann  |Fb|Twitter|
Image by : DewiRF [Blog]
Only Posted on Pelangi Drama
DON’T REPOST TO OTHER SITE!!!!!!!!!!!!