=My True Friend=
Fajar mulai menyingsing di kota Bangkok, Thailand. Warga kota mulai
menjalankan aktivitasnya. Jalanan mulai ramai dengan kendaraan yang
melintas. Di sepanjang jalan itu, tampak bangunan2 tua yang masih
berdiri kokoh. Seorang pemuda berdiri di pinggir trotoar, menunggu lampu
lalu lintas berubah hijau untuk pejalan kaki. Lampu lalu lintas
akhirnya berubah hijau, pemuda itu lalu menyebrang jalan. Pemuda itu
adalah Song yang sedang menuju kampus barunya.
Dua pemuda yang berseragam sama dengan Song berlari dari arah sebuah
lorong. mereka terus berlari dari kejaran sekawanan pemuda lainnya.
Pemuda itu adalah Gun dan Kla. Gun melirik ke belakang, melihat apakah
mereka masih dikejar. Mereka terus berlari menyebrangi jalan raya dan
melompati sebuah taman kecil. Aksi kejar2an terus berlanjut hingga ke
depan gerbang kampus. Sementara itu, Song juga berjalan menuju gerbang
kampus. Gun berlari di belakang Gun. Tiba2 Gun menghajar salah satu
pemuda yang mengejarnya. Song berbalik karena mendengar keributan di
belakangnya. Gun hendak berlari menyusul Kla, namun ia di terkepung oleh
pemuda2 yang sedari tadi mengejarnya.
1 vs banyak, jelas bukan lawan yang seimbang. Namun itu bukan masalah
buat Gun. Ia bisa melumpuhkan mereka semua. Gun menghajar mereka satu
persatu. Kla yang tadinya berlari, segera membantu Gun menghajar mereka.
Perkelahian itu tak dapat terelakkan. Gun dan Kla terus menghajar
mereka hingga lawan2 mereka jatuh satu persatu. Sementara itu, Song
melihat tawuran itu dengan pandangan takjub sekaligus terkejut.
Tiba2 seorang gadis menarik lengan Song dan mengajaknya menyingkir
dari tempat itu. “Kau tidak takut kena pukul?” tanya gadis itu cemas.
Song tampak bingung karena ia merasa tidak mengenal gadis itu. Gadis itu
adalah Nem, salah seorang mahasiswi di kampus Song. Nem terus memegang
lengan Song dan menatap dengan tatapan benci ke arah tawuran itu.
Gun dan Kla itu terus menghajar lawan mereka. Tiba2 sebuah motor
melintas di belakang Song dan gadis itu, mereka berdua terkejut
karenanya. Pengendara motor itu adalah Nick, teman Gun dan Kla. Nick
berteriak memanggil Kla dan Gun. Melihat kehadiran Nick yang menjemput
mereka, mereka berdua bergegas berlari menghampiri Champ. Kla naik ke
motor, tiba2 ia berseru, “Gun, di belakangmu!” Gun berbalik sembari
melayangkan sikutnya ke wajah salah seorang lawan yang menghajarnya.
Melihat mereka bertiga, Nem tampak kesal dan segera menarik Song pergi
meninggalkan tempat itu. Begitu pula Gun, Kla dan Nick yang bergegas
meninggalkan tempat itu.
Nem dan Song berjalan memasuki kampus sambil mengobrol. Song
mengenalkan dirinya sebagai mahasiswa baru pindahan dari Chiang Mai.
“Kau baru pindah dari Chiang Mai ya? Pantas kau tampak canggung begitu,”
ujar Nem. Song nyengir mendengarnya. “Serius, kau tak pernah melihat
perkelahian jalanan?” tanya Nem. Song menggeleng, yang ia lihat hanya
perkelahian sekolah. Nem menyarankan agar Song berhati2.
“Banyak
Gengster di sini, seperti yang kau lihat tadi. Gun, adalah ketua geng
‘Sperm’. Dia sudah sering dikeluarkan dari sekolah. Sekarang dia sudah
tahun ke-2 di sini,” terang Nem. Song hanya terdiam mendengar penjelasan
Nem. Nem lalu bertanya pada Song siapa namanya?
“Namaku Song,”
jawab Song. Nem lalu bertanya Song jurusan apa? Song menjawab jurusan
Seni, tahun pertama. Nem tampak terkejut, ia juga satu jurusan dengan
Song. “Benarkah? Siapa namamu?” tanya Song. “Namaku Nem,” jawab Nem
sambil tersenyum manis.
Sebuah skuter melewati mereka dan berhenti di depan mereka. Nem
mengenali gadis pengendara skuter itu, ia pun berseru memanggilnya
seraya melambaikan tangan “Dew! Dew!” Gadis yang dipanggil Dew itu
membuka helmnya lalu berbalik ke arah Nem seraya tersenyum manis. Song
tampak terpesona melihat kecantikan Nem, ia sampai termangu karenanya.
Nem menyenggol Song, menyadarkannya. Nem lalu mengenalkan Song pada Dew.
Nem menjelaskan kalau Dew adalah mahasiswi jurusan perdagangan tahun
kedua. Dia adalah senior Nem waktu SMA. Nem juga mengenalkan Song pada
Dew. Dew menyapa Song dengan riang, Song tersenyum membalas sapaan Dew.
Dari jauh, tampak Gun yang berbonceng tiga dengan Kla berhenti di
parkiran kampus. Gun lalu turun dari motor dan berjalan meninggalkan
mereka berdua. Kla berseru pada Gun dan mengingatkan Gun agar bertemu
sore nanti. Gun memalingkan wajahnya sembari mengacungkan jempolnya,
mengiyakan. Champ dan Kla lalu berbalik pergi, sementara Gun berjalan ke
masuk kampus.
Melihat Gun yang berjalan ke arah mereka, Nem tampak kesal. “Itu dia.
Si pembuat masalah,” ujar Nem. Mereka bertiga melihat ke arah Gun. Nem
meminta agar Song menjauhi Gun. Gun berhenti di samping mereka dan
memandang Nem. Nem tampak kesal dan menarik Dew pergi seraya pamit pada
Song. Gun tampak heran dengan sikap Nem padanya. Ia lalu menatap heran
pada Song. Ditatap seperti itu, Song hanya menunduk dan berjalan pergi
meninggalkan Gun yang tampak berpikir.
= Flashback =
Dua tahun lalu.
Gun sedang bersiap menghadapi Ujian Akhir SMA. Gun tampak gelisah di
bangkunya, ia melirik ke arah luar. Di luar sekolah, Kla menunggu Gun
sembari membunyikan motornya. Pengawas ujian mulai membagikan soal
ujian. Saat tiba di bangku Gun, ternyata Gun menghilang!
2 anggota Geng Sperm, Champ dan Arm, berlari dengan panik di sebuah
gang. Ternyata jalan buntu dengan sebuah pagar besi menjulang tinggi.
Mereka berdua berusaha memanjat pagar itu untuk meloloskan diri, namun
terlambat karena kawanan geng yang dari tadi mengejar mereka tiba2
muncul. Champ yang belum sempat memanjat, memutuskan untuk menghadapi
mereka dengan tangan kosong. Sementara Arm yang sudah hampir sampai di
puncak pagar, ditarik turun oleh gerombolan itu. Mereka lalu menghajar
Champ dan Arm hingga babak belur.
Gun yang kabur dari ujian, ternyata berboncengan dengan Kla ke gang
buntu itu. Gun lalu turun dari motor sendirian. Gun lalu menyelamatkan
kedua temannya dengan menghajar gerombolan itu. Gun berhasil menjatuhkan
mereka semua sendirian.
Gun dipanggil oleh kepala sekolah karena ulahnya yang kabur saat
ujian. Gun menghadap kepsek bersama sekretaris ayahnya, Kepsek merasa
kecewa karena bukannya ayah Gun yang menemuinya, melainkan
sekretarisnya. Sekretaris ayah Gun meminta maaf karena Tn. Unnop, ayah
Gun, tidak bisa datang karena ada rapat mendadak. Kepsek bertanya apa
Tn. Unnop sudah tahu kalau anaknya tidak ikut ujian akhir karena kabur?
Sekretaris ayah Gun mengiyakan seraya tersenyum kalem berusaha
berwibawa. Kepsek merasa sangat kecewa, “Ini membuatku menjadi sulit.
Bagaimana kalau aku keluarkan saja Gundrit dari sekolah ini?” Sekretaris
yang nggak ngeh dengan ucapan Kepsek, mengangguk mengiyakan. Sedetik
kemudian dia tersadar dengan apa yang Kepsek ucapkan barusan.
Sekretaris ayah Gun berkata kalau Tuan Unnop meminta maaf. Ia
berusaha membujuk Kepsek agar tidak mengeluarkan Gun dari sekolah dengan
menyodorkan sebuah amplop. Sekretaris menarik kembali amplop itu karena
yang ia sodorkan adalah tiket sirkus. Ia lalu menukar amplop tadi dan
menyodorkan selembar cek senilai 200 Baht. Kepsek langsung sumringah
melihat cek itu. “Tolong diterima sebagai sumbangan untuk sekolah ini,”
ujar Sekretaris.
Sebelum cek itu sempat berpindah tangan ke Kepsek, Gun lebih dahulu
mengambil cek itu dan merobeknya. Ia merasa jengah dengan aksi penyuapan
yang dilakukan Sekretaris atas perintah ayahnya hanya agar dirinya
tidak dikeluarkan dari sekolah. Kepsek merasa putus asa melihat ulah Gun
merobek2 cek itu. Gun berbalik pergi, namun ia menghentikan langkahnya
dan berbalik menatap Kepsek.
“Aku keluar!” tegas Gun seraya keluar dari ruangan Kepsek.
Gun berjalan menuju parkiran. Ia membuka jasnya dan membantingnya ke lantai. Terdengar monolog Gun. “
Bagi orang lain, uang membawa kebahagiaan. Tapi bagiku, uang membawa penderitaan…”
Song sedang makan siang di kantin sembari menggambar adegan
perkelahian Gun cs di buku sketsanya. Nem dan Dew juga berada di kantin
hendak makan siang. Mereka berdua sedang mencari meja untuk ditempati.
Tiba2 dua mahasiswa menghalangi jalan mereka dan berbasi basi ingin
membantu membawakan makanan Dew. Dew yang kesal menolak dan berbalik
pergi, tapi kedua pemuda itu lagi2 menghalangi jalan Dew dan ngotot
ingin membawakan makanan Dew. “Apa kau tidak mengerti bahasa Thailand?
Minggir!” seru Nem kesal melihat tingkah mereka. Salah seorang dari
pemuda itu menyukai Dew dan berkata kalau ia hanya mau makan bareng Dew.
“Nggak!” tolak Dew kesal.
Tiba2 Dew berseru menyapa Song yang sedang asyik menekuni sketsanya.
Song menengadah dan tersenyum pada Dew. Mereka berdua menghampiri Song
dan duduk semeja dengannya. Dua pemuda yang sedari tadi mengganggu Dew
menghampiri mereka dan memukul meja dengan keras, Ia menggertak Song
dan berkata kalau ia yang memesan meja itu seraya menyuruh Song
menyingkir dari tempat itu. Song tampak mengkerut, ia hendak beranjak
meninggalkan tempat itu tapi Nem buru2 menahan tangannya, “Jangan dengar
mereka, Song.” Song kembali duduk. Merasa Song membantahnya, pemuda
tadi menaikkan kakinya ke bangku dan menggertak Song menyuruhnya
minggir. Song walaupun merasa agak takut, ia tetap tidak bergerak dari
tempatnya. Pemuda tadi terus berusaha menyuruh Song menyingkir.
Tiba2 Gun muncul di kantin. Salah seorang dari pemuda itu memberi
isyarat pada temannya melihat kehadiran Gun yang berjalan mendekati
mereka. Mereka berdua lalu beranjak pergi dari tempat itu seraya menatap
kesal Song.
Gun sedang mengantri makan siang saat seorang pemuda nyelonong
memesan makan siang tanpa mengantri. Gun yang merasa kesal menengur
pemuda itu, “Mengapa kau tak ‘queue’ (mengantri)?” Song tampak tertarik
melihat keributan kecil itu. Tiba2, Beer dan gengnya yang merupakan
musuh bebuyutan geng Sperm, menghampiri Gun. Beer bertanya apa ada
masalah? Gun menjawab kalau temannya itu tidak mau ‘queue’ (mengantri).
Beer bertanya pada pemuda itu apa ia tidak mau ‘queue’ (mengantri). “Aku
tidak tahu siapa ‘Queue’. Boleh aku bergabung dengannya?” ejek pemuda
itu pada Gun. Beer menatap Gun seraya tersenyum mengejek. “Baiklah kalau
tidak tahu. Kau pikir kau jagoan?!” seru pemuda itu pada Gun. Gun
merasa kesal mendengar ucapan Beer. Tangannya mengepal menahan emosi.
Tiba2 Pak Guru yang potongan rambutnya mirip ‘Dora The Explorer’
datang dan melerai mereka. Pak Guru bertanya apa yang mereka lakukan?
Mengukur tinggi badan? Pak Guru melarang mereka untuk berkelahi. “Kalian
tak harusnya jadi manusia, tapi ayam jago. Setiap kali aku lihat
kalian, selalu berkelahi!” seru Pak Guru kesal. Pak Guru lalu mernyuruh
mereka semua bubar. Ia lalu mengomentari rambut ikal Beer, “Lebih baik
kau keramas sana!” Sementara itu, Song terus memperhatikan Gun.
Sepulang dari kampus, Song berada di depan apartemennya. Ia terus
mencoba menghubungi Neung, kakak perempuannya, tapi tidak ada jawaban.
Song akhirnya mengetuk pintu apartemen seraya berseru memanggil
kakaknya. Akhirnya pintu terbuka, Neung keluar dengan wajah kesal karena
Song terus menelpon. Tiba2 seorang pria keluar dari dalam apartemen
mereka dengan wajah kesal, seakan kesenangannya sudah terganggu dengan
kehadiran Song. Pria itu hendak pergi, namun Neung mencegahnya dan
bertanya bolehkah ia menelponnya nanti? Pria yang merupakan pacar Neung
itu tidak menggubris ucapan Neung dan terus berjalan pergi. Song,
bersedekap menatap kesal adiknya.
Song yang curiga melihat kehadiran pacar kakaknya itu mulai marah,
“Beraninya kau bawa laki2 ke dalam!” Neung balas memarahi adiknya dan
memintanya mengurus urusannya sendiri. Song berkata kalau ia sudah
mengetuk berulang kali tapi tidak ada jawaban. Ia bertanya apa yang
kakaknya lakukan dengan pacarnya? Neung semakin kesal mendengar ucapan
Song. “Apa kau sebenarnya saudaraku atau ayahku? Kau pindah ke sini
karena kau muak dengan ibu, kan? Jadi, jangan ganggu hidupku!” ujar
Neung. Song tampak merasa sedih karena kakaknya kembali mengungkit
kepindahannya ke kota itu. Jika kau terus menggangguku, kau tak boleh
tinggal di sini,” tukas Neung. Mendengar ucapan Neung barusan, Song
tampak marah. Ia membuka tasnya dan melemparnya masuk ke dalam apartemen
seraya beranjak pergi meninggalkan kakaknya. Neung terkejut melihat
sikap adiknya itu. Ia merasa bersalah karena ucapannya dan berseru Song
mau kemana? Song terus berlalu tanpa mengindahkan panggilan kakaknya.
Song terus berjalan tanpa arah dengan perasaan kacau. Tiba2 Dew yang
mengendarai motornya, berhenti di samping Song dan bertanya Song mau
kemana. Melihat kehadiran Dew, senyum Song langsung mengembang. “Masih
belum tahu. Cuma mau jalan2 saja,” jawab Song. Dew bertanya apa Song mau
jalan2 dengannya? Song langsung tersenyum seraya mengangguk mengiyakan
ajakan Dew yang baginya adalah sebuah keberuntungan. Dew lalu
memberikan helm untuk Song sembari turun dari motornya. “Kau yang bawa
ya,” ucap Dew. Song yang sedang memakai helm tanpa bingung, ia mengamati
motor Dew. “Aku tidak bisa bawa motor,” ucap Song polos. Dew tertawa
mendengar ucapan Song. Ia lalu menyuruh Song naik ke motor, ia yang akan
membonceng Song.
Dew mengajak Song ke sebuah danau dengan pemandangan yang indah. Song
duduk di atas motor Dew, sedangkan Dew berdiri di pinggir danau, mereka
menikmati pemandangan indah di depan mereka. Dew bertanya kenapa Song
kuliah di sini? Song menjawab kalau ibunya menikah lagi. “Kau tak suka
ayah tirimu?” tanya Dew lagi. Song terdiam sesaat, ia lalu berjalan dan
berdiri di pinggir jalan.
“Sebenarnya, aku tak suka ibuku karena dia selalu mengaturku. Saat
aku dengannya, aku tak boleh keluar rumah. Harus langsung ke rumah
pulang sekolah dan minta izin untuk apapun,” curhat Song. Dew tersenyum
mendengar cerita Song, “Jadi kau ingin bebas?” Song mengangguk
mengiyakan. Dew hendak naik menghampiri Song, Song buru2 mengulurkan
tangannya membantu Dew. Song yang merasa malu karena memegang tangan
Dew, buru2 memalingkan wajahnya. Dew tertawa melihat tingkah Song, “Ada
apa? Kau malu, ya?” Song tampak canggung, ia tampak tersipu malu. “Kau
cantik,” puji Song malu. Melihat Song yang tersipu, Dew menghalangi
jalan Song dan mulai menggodanya, “Kenapa? Kau mau mengajakku jalan?”
Song hanya tersipu. Dew meminta Song agar jangan memanggilnya ‘Nona’,
panggil nama saja. Song tersenyum mengiyakan.
Mereka kembali menikmati pemandangan danau yang begitu indah. “Tempat
ini indah, ya?” tanya Dew. Alih2 menjawab pertanyaan Dew, Song balik
bertanya apa nama tempat ini? “Huay Tueng Tao,” jawab Dew seraya
tersenyum menatap Song. Mereka saling memandang dan tersenyum satu sama
lain.
Terdengar monolog Song…“
Aku tak tahu apa itu cinta. Tapi bersamanya, aku merasa bahagia…”
Song semakin dekat dengan Dew. Ia mulai mahir mengendarai motor
setelah diajari oleh Dew. Mereka pun menikmati waktu bersama, makan
siang bersama di kantin, jalan2 sambil mengendarai motor, bahkan Song
melukis Dew di padang rumput. Mereka juga berbelanja di toko souvenir.
Mereka berdua tampak bahagia menikmati waktu kebersamaan mereka.
Di sebuah klub malam, tampak seorang gadis dengan dandanan sedikit
aneh. Ia memakai sepatu boot, legging macan tutul berbulu, dan blazer
serta rambut panjangnya yang dikepang dua. Dia adalah Elle, fans Gun. Ia
datang ke klub itu bersama teman2nya hanya untuk melihat Gun. Elle
bertanya pada salah seorang teman cowonya yang ‘gemulai’ apa ia yakin
Gun datang malam ini? Temannya itu mulai menerawang ke sekililing klub
dan menemukan Gun yang sedang bersantai bersama gengnya. Elle dan ketiga
temannya histeris melihat ketampanan Gun. Elle bertanya apa gayanya
sudah mirip ‘Korean Idol’? Teman2nya menggeleng. Elle mengira temannya
mengiyakan dan tersipu berterima kasih. “Gak mimpi!” ejek teman2nya yang
membuat Elle cemberut.
Teman cowo Elle mulai pasang aksi. Ia berjalan melenggak lenggok
menghampiri Gun cs. Elle tidak mau kalah, ia berjalan menghampiri Gun
sembari menyenggol teman cowonya itu. Terjadilah aksi senggol2an yang
membuat teman cowo Elle terjatuh karena senggolan Elle. Elle menghampiri
Gun dengan wajah sumringah. Gun merasa heran dengan kehadiran Elle cs.
Elle bertanya apa dia Gun? Gun mengangguk mengiyakan yang membuat Elle
dan teman2nya histeris. Tod yang duduk di belakang Gun mengejek mereka
yang histeris karena melihat Gun. Elle kesal dan menyebut Tod bodoh. Gun
cs tertawa karenanya.
Elle kembali memasang senyum manisnya di depan Gun. Elle bertanya Gun
ketua Geng Sperm, kan? Alih2 menjawab pertanyaan Elle, Gun malah tidak
habis pikir, Elle dan teman2nya masih di bawah umur dan bagaimana mereka
bisa masuk ke bar itu? Salah seorang teman Elle balik bertanya,
bagaimana Gun dan teman2nya? Bukankah mereka juga di bawah umur? Tod
meledek apa ia mau di cium? Tod hendak maju mencium teman Elle itu,
namun mengkeret mundur karena teman cowo Elle yang maju menghalanginya
(minta di cium…wkwkwkw).
“Ok, jika kau mau kenalan dengannya,
habiskan ini dulu,” tantang Nick pada Elle seraya menyodorkan sloki
minuman. Gun memperhatikan apa Elle akan menerima tantangan itu? Elle
menerima tantangan Nick dan meminum minuman itu sekali teguk. Teman
cowo Elle buru2 menarik sloki Elle dan menatap takjub padanya. Tod
menyodorkan sloki kedua, dan Elle lagi2 meminumnya dengan sekali teguk.
Tod kembali menyodorkan sloki yang ketiga, tapi Gun menahannya, “Cukup.”
Elle yang tidak pernah minum, merasa tenggorokannya sakit. Melihat
kondisi Elle, Gun tampak khawatir dan menariknya keluar klub. Tinggalah
temen cowo Elle dan geng Sperm. Temen cowo Elle tersenyum sembari
memegang sloki. Geng Sperm tertawa meledek, “Panggil pembasmi hama buat
dia.” Teman cowo Elle tampak kesal, ia meletakkan gelas sloki di meja
lalu berbalik pergi meninggalkan mereka.
Gun ternyata mengantar Elle pulang. Elle yang agak mabuk, tersenyum
memandangi Gun di sebelahnya. Gun menghela nafas melihat Elle yang
seperti itu. “Kau tidak boleh keluar seperti ini. Orang tua-mu pasti
khawatir,” ujar Gun mengingatkan. Elle yang mabuk berkata kalau ia hanya
ingin bertemu dengan Gun. “Kau tahu, kau sangat popular di kampus.
Bertemu denganmu secara langsung, membuatku makin tergila2 padamu!”
terang Elle senang. Gun hanya terdiam, ia hanya memandangi Elle tanpa
ekspresi.
Gun terus memandangi Elle sembari mendekatkan wajahnya pada Elle.
Elle yang mengira akan dicium oleh Gun, memejamkan matanya. Ternyata,
Gun mengulurkan tangannya membuka pintu mobil untuk Elle. Elle tersentak
mendengar bunyi pintu mobil dibuka, ia tampak malu karena sudah
berpikiran yang tidak2 (hahaha…kecele nih ye). Gun menyuruh Elle pulang.
Elle tidak mengindahkan ucapan Gun dan malah meminta nomor telpon Gun.
Ia mengancam Gun memberikan nomor telponnya atau ia tidak mau turun dari
mobil. Gun mendesah pelan, dengan terpaksa ia memberikan ponselnya pada
Elle. Elle mengambil ponsel Gun lalu menuliskan nomornya. Bukan hanya
itu saja, ia juga mengirim satu foto dari ponsel Gun dan mengirim ke
ponselnya. Gun hanya menghela nafas melihat tingkah Elle sembari
mengambil ponselnya kembali.
Elle meminta berfoto dengan Gun. Gun terlihat enggan, tapi Elle
sedikit memaksa dengan menarik kepala Gun mendekat. Elle tersenyum
senang karena berhasil berfoto bersama Gun. Gun nampak syok melihat
tingkah Elle yang aneh. Tapi dia tidak bisa berbuat apa2, dia bukan
orang yang tega menolak permintaan seorang wanita apalagi membuat mereka
kecewa padanya.
Elle akhirnya turun dari mobil Gun. “Sampai jumpa
lagi Gun,” ucap Elle seraya berjalan memasuki gerbang rumahnya
(huaaa….rumah Elle keren euy). Gun hanya memandangi Elle dari dalam
mobilnya.
“I Love You, Gun!” teriak Elle seraya melayangkan ‘Kiss Bye’ untuk Gun. Gun menghela nafas melihat kepergian Elle.
Keesokan harinya, di hotel Imperial sekaligus kediaman Gun, tampak
Gun berada di kamarnya sedang memandang keluar jendela. Alarm di atas
meja di samping tempat tidur berbunyi, pukul 7 pagi tepat. Gun mematikan
alarm itu, lalu meraih gagang telpon dan menghubungi seseorang. Tidak
berapa lama, Gun meletakkan kembali gagang telpon itu dan mengenakan
jaketnya, bersiap berangkat ke kampus.
Saat hendak keluar, Gun berpapasan dengan Bibi pembantu di depan
pintu. Gun bertanya apa kedua orang tuanya ada di rumah? “Mereka baru
pulang sebelum jam 6 tadi, sepertinya masih tidur,” terang Bibi. Gun
menghela nafas kecewa karena tidak bisa bertemu dengan orang tuanya.
Bibi bertanya apa Gun mau sarapan? Gun menolak dan berkata dia akan
sarapan di luar saja. Gun berjalan pergi, tapi Bibi memanggil Gun. “Gun,
ayahmu menitipkan 5000 Bath buatmu,” ujar Bibi seraya menyodorkan
beberapa lembar uang pada Gun. Gun hanya memandangi uang itu dan tidak
menyentuhnya sama sekali.
“Aku masih punya uang,” ucap Gun sembari berjalan pergi menuju kampus.
Song yang membonceng Dew baru saja tiba di kampus. Dew turun dari
motor dan berdiri menunggu Song selesai memarkir motornya. Tiba2 Song
berseru seraya menarik Dew ke dalam pelukannya, saat mobil Gun melaju
dengan kencang dan hampir saja menyambar Dew. Gun mengerem mobilnya. Ia
menurunkan kaca mobil dan melirik ke spion, ia melihat Song yang memeluk
Dew. Gun tampak tidak peduli lalu menjalankan mobilnya kembali. Dew
yang syok berteriak kesal pada mobil Gun yang berjalan menjauh bagaimana
kalau dia tertabrak? Song tertawa mendengar teriakan Dew karena
menurutnya Gun tidak akan mendengar teriakannya. Mendengar ucapan Song,
Dew tersenyum geli. Ia melirik ke lengannya dan menyadari tangan Song
masih memeluk lengannya dengan erat. Dew tersipu karenanya. Menyadari
kalau ia masih setengah memeluk Dew, Song melepas pelukannya dan
tersenyum simpul.
Song membantu Dew menaruh helmnya di motor. Mereka berdua sama2
tersipu karena kejadian tadi. Song lalu pamit pada Dew, ia akan ke
kelasnya. Dew lalu memberikan kanvas milik Song yang sedari tadi
dipegangnya. Song lalu berjalan pergi sambil tersenyum. Dew berbalik dan
memandangi kepergian Song dengan hati berbunga2 (ciieeeee..yang lagi
fall in love nih ye :p ). Tanpa mereka sadari, dua mahasiswa yang
menyukai Dew mengamati mereka sedari tadi. Temannya memberi isyarat
untuk memberi pelajaran pada Song.
Song ke toilet hendak buang air kecil. Di toilet sudah ada seorang
mahasiswa culun bin nyetrik dengan kacamatanya. Ia terus memandangi Gun
Song yang berdiri di sampingnya dengan tatapan mengejek. Tiba2 dua
mahasiswa yang menyukai Dew, masuk ke toilet dan menghampiri Song. Salah
satu mahasiswa itu menyuruh mahasiswa culun tadi untuk menyingkir. Song
yang panik, buru2 berbalik pergi, tapi kedua mahasiswa tadi menahannya
dan bertanya Song mau kemana? Song terdiam sesaat. Ia kemudian
memberanikan diri bertanya apa yang mereka mau dari dirinya?
Salah satu mahasiswa itu lalu memukul wajah Song dan menyudutkannya
di dinding. Mahasiswa culun tadi tampak berdiri ketakutan di sudut
toilet, berpura2 buang air kecil. Ia tidak berani membantu Song. “Kau
anak baru, jadi tolong sopan sedikit. Jangan main2 dengan pacarku,”
ancam mereka. Mahasiswa yang satu menarik kerah baju Song lalu menyikut
perutnya. Song merintih kesakitan, ia hampir terjatuh tapi mahasiswa itu
menariknya berdiri. Beberapa mahasiswa yang hendak masuk ke toilet,
buru2 keluar saat melihat kejadian itu. Mereka tampak ketakutan.
Mahasiswa tadi lalu memperingatkan Song, “Ingat baik2, Dew milikku.”
Gun masuk tepat saat mahasiswa itu hendak memukul Song. Ia buru2
menurunkan tangannya melihat kehadiran Gun dan bergegas keluar dari
toilet. Gun memandang heran pada Song yang kesakitan. Dipandangi seperti
itu, Song buru2 keluar dari toilet. Gun semakin heran melihatnya.
Di kelas melukis, Song menghapus sketsanya dengan kasar. Ia masih
marah karena kejadian di toilet tadi. Nem menghampiri Song lalu menaruh
lengannya di pundak Song. “Apa kemampuan menggambarmu sebagus kemampuan
merayumu?” tanya Nem seraya tersenyum geli. Song tampak bingung dengan
maksud Nem, ia tertunduk lesu. Nem tampak bingung melihat ekspresi Song
yang seperti itu. “Kenapa? Kau tak seperti orang jatuh cinta. Kau baru
di sini, tapi sudah berkencan dengan gadis cantik. Kau tahu, semua orang
ingin sepertimu,” ujar Nem tertawa senang. Bukannya ikut tersenyum,
kata2 Nem malah membuat Song semakin cemberut. Ia kembali teringat
kejadian di toilet, itu semua karena ia semakin dekat dengan Dew.
Nem
lalu mendekatkan wajahnya ke Song. “Kuberitahu ya. Jika kau
menyakitinya, kubunuh kau,” ancam Nem. Song tampak terkejut mendengar
ancaman Nem. Melihat ekspresi terkejut Song, Nem tertawa dan berkata
kalau ia hanya bercanda.
Tiba2 Gun masuk ke kelas itu dan menghampiri mereka. Melihat
kehadiran Gun, Nem tampak kesal. Dengan wajah cemberut, ia kembali ke
tempatnya. Gun mengikuti Nem, ia tersenyum pada Nem yang kembali
menggambar. Sketsa Nem sangat bagus. Gun bertanya kapan Nem pindah dari
Lampang? Nem kesal mendengar pertanyaan Gun. Ia menekan pensilnya
terlalu kuat hingga mata pensilnya patah. Dengan emosi, Nem menarik
kanvasnya lalu mengambil tasnya di lemari dan beranjak pergi dari
ruangan itu. Semua orang memandang heran melihat sikap Nem. Gun berbalik
memandangi kepergian Nem. Song mengamati Gun dengan tatapan penuh
selidik. Gun melirik ke arah Song yang membuat Song gelagapan dan buru2
kembali melanjutkan sketsanya.
Di lapangan kampus. Tod menyulut rokoknya, ia menyalakan koreknya
menggunakan jari kelinkingnya (gaya Tod nyalain korek unik dah). Ia
duduk di pinggir lapangan menonton teman2nya bermain bola. Arm yang
menjadi penjaga gawang. Permainan semakin seru. Tanpa sengaja bola
melambung keluar lapangan dan hampir saja mengenai Song yang sedang
berjalan pulang. Song menahan bola itu dengan kakinya. Perlahan Song
mengembalikan bola itu ke lapangan dengan tendangan keras. Melihat bola
yang melaju kencang ke arah mereka, mereka semua bergegas menyingkir.
Tapi sayang, Champ terlambat menyingkir dan bola itu sukses mendarat di
wajahnya hingga ia mimisan. Song terkejut, Tod apalagi. Ia melongo dan
tanpa sadar rokoknya terjatuh dari mulutnya.
Song semakin panik melihat wajah Champ yang mimisan. Gun menghampiri
Champ dan menanyakan keadaannya. Champ yang kesal lalu berjalan
menghampiri Song, teman2nya mengikuti. Kla maju lebih dahulu dan
mencengkram kerah baju Song, Song tampak ketakutan. Kla emosi dan
berseru pada Song, apa ia mau membunuh temannya? Gun menarik Kla sebelum
sempat menghajar Song, ia berusaha menenangkan Kla. Kla mulai tenang.
Song menarik nafas lega.
Gun lalu bertanya pada Song apa ia mau main? Song hanya terdiam tidak
menjawab pertanyaan Gun, ia masih gugup. Gun lalu menanyakan pendapat
teman2nya. Suasana menjadi hening. Mereka semua akhirnya menyetujui Song
bermain bersama mereka.
Song mulai bermain bola bersama geng Sperm. Dengan lihai ia
menggiring bola melewati lawan2nya. Song lalu mengoper bola pada Gun,
yang membuat Gun berhasil mencetak skor. Mereka bersorak penuh
kemenangan.
Permainan pun usai. Gun dan Song lalu menghampiri Tod dan
beristirahat di pinggir lapangan. Gun memuji kehebatan Song dalam
bermain bola. Arm ikut bergabung bersama mereka sembari menyodorkan air
mineral untuk Gun dan Song. Mereka tampak kelelahan. Semua memuji
kehebatan Song. Song sumringah, dia berkata kalau ia biasa bermain bola
saat SMA. Kla muncul dan berkata kalau permainan Gun tidak sebagus itu.
Song menatap Kla heran. Champ bertanya apa Song satu SMA dengan Gun?
Song mengangguk mengiyakan.
Tod yang duduk di belakang Song,
mencolek bahunya. Ia lalu mengenalkan dirinya pada Song. Ia juga
mengenalkan teman2nya satu persatu. Tod mengenalkan Arm pada Song. “Tapi
jangan bicara dengannya. Dia cerewet, “ ledek Tod. Arm mengumpat kesal
mendengar ledekan Tod, ia hendak memberikan pelajaran pada Tod namun
Champ menahannya. Tod tertawa2 melihat ekspresi Arm.
Tiba2, Beer dan gengnya memasuki lapangan itu dengan mengendarai
motor. Kla yang mengetahui hal itu, bergegas memperingatkan Gun. Suasana
yang tadinya menyenangkan, berubah tegang karena kedatangan Geng Beer.
Beer cs turun dari motor lalu berjalan menghampiri mereka. Song yang
mengenali Beer sebagai orang yang bertengkar dengan Gun di kantin,
merasa heran melihat kedatangan Beer dan Gengnya. “Kita belum selesai,”
ujar Beer pada Gun.
Ternyata kata ‘belum selesai’ yang Beer maksud adalah lanjutan
pertengkaran mereka di kantin tempo hari. Beer menantang Gun untuk duel,
Gun pun menuruti permintaan Beer. Mereka pun berkelahi one by one.
Teman2 mereka bersorak, saling menyemangati Ketua geng mereka masing2.
Beer mulai melayangkan pukulan ke arah Gun tapi Gun berhasil mengelak.
Gun menahan tangan Beer dengan lengannya, tapi itu dijadikan kesempatan
bagi Beer untuk melayangkan pukulan ke perut Gun hingga Gun terdesak
mundur. Song mengamati pertarungan itu dengan wajah cemas.
Gun menahan rasa sakit di perutnya, tapi hal itu tidak membuat dia
menyerah. Ia lalu maju dan menghajar Beer berkali2 hingga jatuh
tersungkur. Dan tentu saja, itu berarti pertarungan di menangkan oleh
Gun. Beer tertunduk menahan rasa sakit. Teman2nya memaki agar Beer
segera bangun. Gun maju menghampiri Beer, tapi Beer mengacungkan
tangannya menahan langkah Beer. “Aku menyerah,” ujar Beer.
Melihat Beer yang sudah menyerah, Gun pun mengulurkan tangannya untuk
membantu Beer berdiri. Beer meraih uluran tangan Gun dan bangkit. Beer
berkata kalau ia menyerah hanya untuk hari ini. Ia lalu mengajak
teman2nya pergi dari tempat itu. Kheng yang emosional, tidak terima
dengan kekalahan Beer. Tiba2 ia menyerang Gun dari belakang. Gun
terkejut dengan serangan tiba2 itu. Teman2 Gun naik pitam dan menghajar
Kheng. Perkelahian hampir saja terjadi jika saja Gun dan Beer tidak
berusaha melerai teman2 mereka. Beer lalu menarik Kheng pergi. Kheng
hendak mengeluarkan pisau yang terselip di pinggangnya, tapi Beer
mencengahnya seraya membawa Kheng pergi dari tempat itu. “Jangan sampai
aku melihatmu lagi!” seru Kheng kesal yang ditujukkan pada Gun.
Gun memandangi kepergiaan mereka dengan pandangan heran. Ia tidak
habis pikir dengan sikap Kheng yang tiba2 menyerangnya seperti itu.
Tiba2 Champ dan Nick berlari sambil ngos2an menghampiri mereka sembari
membawa sekeranjang kecil bola tenis. Champ dengan kesal berkata
seharusnya ia menimpuk Kheng dengan bola2 itu. Tod dan Arm menghampiri
mereka. Mereka merasa heran, untuk apa bola2 tenis itu. Champ berkata
itu untuk menimpuk Kheng cs. “Buat apa? Mereka sudah kabur, bodoh!” ucap
Tod kesal seraya berpura2 menghajar Champ. Arm menimpuk pelan kepala
Nick dengan bola tenis yang dibawanya. Gun tersenyum melihat tingkah
teman2nya itu. Sementara Song, ia berdiri di pinggir lapangan sambil
tersenyum lebar melihat ulah teman2nya.
Song pulang ke apartemennya. Pada saat yang bersamaan, Neung dan
pacarnya juga baru datang. Melihat mereka berdua, Song bersembunyi di
balik tembok. Neung masuk ke dalam apartemen untuk memeriksa apakah Song
ada di rumah, sementara Natt menunggu di luar. Melihat Song belum
pulang, Neung mengajak Natt masuk ke dalam apartemennya. Song yang
mengintip dari balik tembok, tampak merasa kesal. Ia lalu memutuskan
pergi dari tempat itu daripada berurusan dengan mereka berdua.
Alih2 menghilangkan stresnya, Song pergi ke jembatan untuk
menenangkan diri. Ia duduk di pinggir jembatan sembari menggambar.
Sepasang kekasih yang naik sepeda lewat di depan Song. Song menghentikan
kegiatannya, ia tampak galau memikirkan sesuatu. Ia meraih ponselnya
dan mencari kontak Dew. Awalnya ia berniat menghubungi Dew, namun urung
karena ia merasa ragu. Song berpikir sesaat, ia lalu memutuskan
menghubungi Gun.
Hingar bingar klub malam, DJ memainkan lagu yang membuat pengujung
klub malam itu yang sebagian besar adalah wanita, bergoyang mengikuti
hentakan irama. Di tengah2 lantai dansa, tampak Geng Sperm asik
berjoget. Untuk menghilangkan rasa galaunya, Song diajak teman2nya ke
klub malam itu. Song yang baru pertama kalinya ke klub malam, tampak
takjub melihat tempat itu. Ia mengamati sekelilingnya seraya tersenyum.
Charm yang berjoget di samping Song, memuji Song yang tampak keren
memakai jaket Gun. Song tampak tersipu mendengar pujian Charm.
Sementara itu dari pinggir lantai dansa, Kla yang tidak ikut bergabung
bersama teman2nya tampak mengamati menatap Song dengan pandangan tidak
suka.
Kembali ke lantai dansa, Nick menyuruh Song bergoyang sembari
mengajarkan Song gaya dance yang aneh. Tod tertawa meledek Song, apa ia
belum pernah clubbing? Song menggeleng mengiyakan. Tod kembali meledek
Song kalau gerakannya payah. Song nyengir mendengar ledekan Tod. Ia lalu
ikut berjoget bersama yang lainnya. Kla terus mengamati mereka sambil
menegak minumannya.
Tiba2 dua pria bertubuh kekar muncul tampak mengamati Geng Sperm.
Salah satu dari pria kekar itu lalu memberi isyarat tangan pada Nick
agar menghampiri mereka. Dengan setengah hati, Nick menghampiri mereka.
Kedua pria kekar itu lalu merangkul Nick dan mengajaknya ke suatu
tempat. Gun akhirnya datang ke klub itu, ia menyapa orang2 yang
dikenalnya. Ia mengintarkan pandang dan melihat teman2nya sedang asyik
bergoyang di lantai dansa. Mata Gun tertumbuk pada Nick yang dibawa oleh
dua pria kekar tadi menyendiri. Kedua pria itu meminta rokok Nick. Nick
yang penakut lalu memberikan rokoknya pada mereka. Kedua preman itu
mengambil rokok Nick lalu pergi sembari memukul pelan kepala Nick. Gun
tampak kesal melihat hal itu. Ia lalu mengintrogasi Nick siapa mereka?
Nick berkata mereka adalah preman gak jelas yang selalu meminta
rokoknya. Gun mulai emosi, ia tidak terima temannya diperlakukan seperti
itu.
Kedua preman tadi berada di toilet, salah satunya sedang buang air
kecil. Mereka tertawa senang melihat hasil jarahan mereka. Tiba2 dari
belakang, Gun muncul dan menghajar mereka berdua hingga terjungkal ke
lantai. Mereka terkejut dan bertanya siapa Gun? “Jangan macam2 dengan
temanku!” ancam Gun. Ia lalu mengambil kembali rokok Nick dari tangan
mereka seraya berlalu pergi.
Geng Sperm + Song berada di bukit tempat biasa mereka berkumpul. Gun
mengembalikan rokok Nick yang dirampas kedua preman tadi. Dengan ragu
Nick mengambilnya. “Jangan biarkan mereka memerasmu lagi,” ucap Gun
tersenyum seraya menepuk pelan pundak Nick. Kla menghampiri Gun. “Kau
pikir kau jagoan? Jika mereka menghajarmu, itu akan menghancurkan
reputasi geng kita,” ujar Kla khawatir. Charm menilai kalau apa yang
dilakukan Gun itu untuk tujuan baik dan meminta Kla bersikap santai. Gun
mengangguk mengiyakan. Ia menepuk pundak Kla untuk menenangkannya
sembari menghampiri teman2nya yang duduk di pagar pembatas.
Tod menyalakan rokok dengan gaya uniknya (aku suka liat cara Tod
nyalain korek pake jari kelingking, unik gitu). Ia lalu menyodorkan
rokok itu ke mulut Song. Song tampak terkejut tapi ia mencoba
menghisapnya sekali, tapi yang ada Song malah batuk2. Tod yang merasa
heran bertanya apa Song tidak bisa merokok? Song berkata kalau ia tidak
pernah merokok. “Jangan coba kalau kau tak suka. Terserah padamu,”
timpal Gun. Tod bertanya apa rokok separah itu yah?
“Aku lebih suka
memakannya,” ujar Tod sembari berpura2 hendak memakan rokoknya. Mereka
semua mengamati Tod, menunggu ia memakan rokok itu. Tod yang hanya
bercanda terkejut melihat keseriusan teman2nya, ia kembali bertanya apa
tidak ada yang menahannya?
“Kalau begitu, aku merokok seperti biasa saja” ucapnya sambil kembali menikmati rokoknya.
Teman2nya berpura2 kecewa karena Tod tidak jadi memakan rokoknya.
Nick meminta Tod membuktikan kalau ia bisa memakan rokok itu. Alih2
menuruti permintaan Nick, Tod malah menyodorkan rokoknya pada Nick agar
ia memakannya duluan. Nick tidak mau dan berusaha kabur, tapi Tod dan
Arm mengejarnya sembari menyodorkan rokoknya. Teman2nya tertawa melihat
tingkah lucu mereka. Gun lalu duduk di samping Song.
“Mengapa kalian
selalu berkelahi?” tanya Song tiba2. Gun berbalik mendengar pertanyaan
Song itu,“Seharusnya kau tanya, ‘Mengapa yang lain selalu menantang kami
berkelahi?’” Song terdiam. Teman2nya yang tadi bermain kejar2an kembali
berkumpul bersama mereka. Gun melanjutkan ucapannya, “Kau harus jadi
kuat. Kau akan selalu dikerjai.” Gun lalu memengang pundak Song, “Jika
kau tak punya teman, bergabunglah dengan kami.” Song tersenyum mendengar
tawaran Gun.
Nick memberi syarat kalau Song ingin bergabung dengan mereka, Song
harus bertukar pakaian dalam dengannya. Teman2nya tertawa mendengar
syarat Nick. Nick bertanya apa Gun takut? Ia lalu membuka satu persatu
celanananya, lalu menyodorkan pakaian dalamnya pada Song. “Jika kau tak
berani, kau tak bisa masuk geng kami,” ujar Kla.
“Berani?” tantang
Nick sekali lagi. Song akhirnya menerima tantangan Nick. Ia meraih
pakaian dalam Nick lalu pergi ke samping mobil Gun untuk berganti.
Teman2nya bersorak menyemangati. Song melirik kiri-kanan, berharap tidak
ada yang melihatnya. Setelah beberapa saat…Tadaa! Song selesai berganti
dan menujukkan pakaian dalamnya lalu melemparkannya pada Nick. Nick
menangkap pakaian dalam Song lalu memakainya. Teman2nya tertawa melihat
tingkah mereka berdua. Arm menyodorkan celana panjang Nick, tapi Nick
menolaknya. Ia memutuskan hanya memakai pakaian dalam Song.
Nick lalu berjalan menghampiri Song dan merangkul bahunya, “Sekarang
kau anggota geng Sperm. Jika ada yang macam2 denganmu, aku yang urus,”
ucap Nick. Tod meledek kalau apa yang diucapkan Nick itu omong kosong.
Karena selama mereka berteman, ia belum pernah melihat Nick berkelahi.
Kla berkata ia yang akan lebih dulu menendang bokong Nick seraya
merangkul Nick dan pura2 menghajarnya. Nick berusaha kabur dari kejaran
teman2nya yang hendak menedang bokongnya. Song tertawa melihat tingkah
teman2 baru2nya itu.
Song mulai menghabiskan waktunya bersenang2 bersama teman2nya. Mereka
berenang bersama di kolam renang hotel milik Gun dan beradu panco.
Bermain bola di lapangan tempat biasa mereka berkumpul hingga
menghabiskan sore hari sembari bermain gitar. Mereka sangat menikmati
kebersamaan mereka itu.
Geng Sperm sedang berada di depan café, tampak mendengarkan dengan
serius cerita Nick tentang dvd porno yang dia tonton. Semuanya tampak
penasaran mendengarnya, bahkan Arm menyumpal hidungnya dengan kapas
untuk berjaga2 agar dia tidak mimisan mendengar cerita Nick. Namun
cerita Nick terputus karena kaset yang di tontonnya tiba2 rusak. Mereka
semua tampak kecewa mendengarnya. Tod komen seharusnya Nick membeli
kaset asli bukannya kaset bajakan. Sekelompok pemuda yang duduk di meja
sebelah tampak terganggu dengan keributan geng Sperm. Charm juga ikut
komen, tapi malah hendak ditimpuk buku oleh Kla. Parahnya, bukannya
mengenai Charm, buku itu malah melambung tinggi hingga mengenai salah
satu pemuda itu.
Para pemuda itu kesal dan beranjak dari kursinya lalu menghampiri
Geng Sperm. Geng Sperm berdiri waspada. Nick buru2 bersembunyi di
belakang Gun. Charm yang hendak melarikan diri malah terjatuh menabrak
kursi. Teman2nya melihat heran Charm. Pemuda yang terkena timpukan Kla
bertanya dengan kesal siapa yang melakukannya? Tod berseru kalau ia yang
melakukannya seraya melayangkan tendangannya ke salah satu pemuda itu.
Perkelahian tak dapat terelakkan. Mereka saling menghajar satu sama
lain. Nick melarikan diri dan bersembunyi di toilet. Sementara Song
tampak bingung dengan perkelahian itu. Ia tidak pernah berkelahi
sebelumnya. Tiba2 salah satu pemuda tadi menghampiri Song dan
melayangkan pukulan ke wajah Song. Melihat Song yang dipukul, Gun
berusaha menolongnya dan mendorong pemuda itu. Tiba2 terdengar sirene
polisi. Mereka semua langsung lari berhamburan. Kla dan Arm berboncengan
motor pergi dari tempat itu. Sedang Gun dan yang lainnya masuk ke dalam
mobil Gun. Tinggalah Nick di kamar mandi mengamati keadaan.
Tiba2 Gun mengerem mobilnya. Mereka semua memandang heran ke jok
depan. Ternyata salah satu dari kelompok pemuda tadi salah masuk ke
dalam mobil Gun dan duduk di pangkuan Tod. Pemuda itu hanya bisa nyengir
(ngakak liat adengan ini..lol). Pemuda itu ditendang keluar dari mobil
Gun. Mobil Gun lalu beranjak pergi. Nick yang melihat teman2nya sudah
pergi, berusaha mengejar mobil Gun.
Di taman kampus, Nem memberikan hadiah pigura kaca yang dibuatnya
sebagai hadiah ulang tahun untuk Dew. Dew berterima kasih atas hadiah
Nem. Nem lalu ikut duduk bersama Dew dan salah seorang temannya. Dew
yang tampak khawatir bertanya pada Nem apa Song masuk hari ini? Nem
berkata tidak, ia menyarankan agar Dew menelpon Song. “Dia tahu hari ini
ulang tahunmu?” tanya Nem. Dew mengangguk mengiyakan dan berkata kalau
Song tidak menjawab telponnya. Nem tersenyum menggoda Dew, “Sepertinya
kau sangat perhatian padanya.” Dew tampak tersipu.
Tiba2 Nem berseru, “Tle ke sini!” Mendengar nama Tle, Dew langsung
cemberut. Seorang pemuda berkacamata dan membawa seikat mawar merah
menghampiri mereka. “Dew. Selamat ulang tahun,” ucap pemuda yang bernama
Tle itu pada Dew. Nem bertanya kenapa Tle kemari? Nem mengira kalau Dew
dan Tle sudah putus. Tle meminta tolong pada Nem agar mengizinkannya
bicara dengan Dew. Nem bersikap tak acuh. Dew semakin cemberut.
“Dew,
maafkan aku atas apa yang telah kulakukan. Bolehkah aku kembali peduli
pada pujaan hatiku lagi?” rayu Tle sembari menyodorkan seikat mawar
merah itu pada Dew. Nem merasa kalau rayuan Tle itu membuatnya ingin
muntah. Tle tidak mengidahkan ucapan Nem. Ia kembali membujuk Dew agar
memaafkannya. Dew merasa tersentuh mendengar permintaan maaf Tle, tapi
ia merasa ragu mengambil mawar itu. Teman Dwe memberi isyarat agar Dew
menerima mawar itu. Walaupun sedikit ragu, Dew akhirnya mengambil mawar
pemberian Tle. Tle merasa senang karena Dew akhirnya menerima mawar itu
yang berarti juga Dew menerima permintaan maafnya. Ia lalu bergabung
bersama mereka dan duduk di samping Nem.
Tanpa sepengetahuan mereka, Song sedari tadi bersembunyi di balik
tiang dan mendengar obrolan mereka. Kekecewaan tampak terlihat jelas di
wajah Song. Ia memegang sebuah kotak kado kecil, hadiah yang tadinya
akan diberikan pada Dew sebagai hadiah ulang tahunnya.
Nem pulang ke rumahnya dengan wajah kesal. Gun berusaha mengejarnya.
Ia memarkir mobilnya di ujung lorong lalu turun dari mobil berusaha
mengejar Nem. Gun tidak habis pikir mengapa Nem marah padanya? Nem
menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Gun. “Jika kakakku tidak
mengenalmu, dia tidak akan mati! “ seru Nem kesal. Beer, Kheng dan dua
orang temannya melihat pertengkaran Gun dan Nem dari warung di samping
mereka. Nem hendak berbalik pergi, namun Gun buru2 menarik tangannya
karena Kheng cs menghampiri mereka. Gun tampak waspada, berusaha
melindungi Nem.
“Sudah kubilang, jangan sampai aku melihat wajahmu lagi!” ujar Kheng.
Salah seorang teman Kheng lalu mengintari Gun, Gun semakin waspada.
Kheng memuji Nem sebagai pacar Gun yang cantik. Nem tampak kesal dan
berkata kalau ia bukan pacar Gun seraya beranjak pergi. Tapi Kheng buru2
menahan Nem dan menyanderanya. Gun panik dan berusaha maju
menyelamatkan Nem, tapi Kheng malah menodongkan pisau ke wajah Gun. Gun
bergerak mundur. Beer yang tidak suka melihat tingkah Kheng, menegur
agar Kheng menurunkan pisaunya. Tapi Kheng malah membentak kalau itu
bukan urusan Beer. Beer mundur perlahan sembari bergantian memandang Gun
dan pisau yang dipegang Kheng. Gun memberi isyarat mata pada Beer, Beer
mengerti.
Tiba2 Beer menarik tangan Gun berusaha merebut pisaunya. Kesempatan
itu diambil Gun untuk menyelamatkan Nem. Beer berteriak agar Gun segera
pergi dari tempat itu. Dua teman Kheng berusaha menghalangi Gun, tapi
Gun berhasil menendang mereka berdua hingga terjungkal. Kheng sempat
melukai pundak Gun dengan pisaunya. Gun segera menarik Nem pergi dari
tempat itu. Sementara itu, Kheng tampak kesal karena Beer sudah
menghalanginya. Ia menondongkan pisau ke wajah Beer dan meraih kerah
bajunya. Ia menghempaskan Kheng dengan kesal dan mengancamnya dengan
pisau, “Jangan coba2!”
Gun dan Nem terus berlari menghindar dari kejaran Kheng cs. Mereka
mengintari pasar kerajinan itu untuk menyelamatkan diri. Dua preman itu
berhasil mengejar Gun, tapi Gun berhasil menghajar mereka. Gun lalu
menarik Nem pergi. Tanpa mereka sadari, mereka berlari sambil
berpegangan tangan. Gun dan Nem lalu bersembunyi di salah satu toko. Dua
preman yang mengejar tidak berhasil menemukan mereka. Mereka berdua
bersembunyi di balik pintu. Keadaan sudah aman. Saat menengadahkan
wajahnya, Nem termangu menyadari wajahnya terlalu dekat dengan wajah
Gun. Suasana menjadi canggung. Gun menatap mata Nem dalam. Tiba2 Nem
mendorong Gun dengan keras hingga membentur pintu dan menampar wajah
Gun. Nem lalu pergi dengan kesal meninggalkan Gun yang terdiam karena
tamparan Nem tadi.
Song berada di bukit tempat favorit Geng Sperm. Ia duduk di pinggir
danau sambil memegang kotak hadiah ulang tahun untuk Dew. Ia membuka
kotak itu dan mengeluarkan isinya yang ternyata adalah gantungan kunci
berbentuk ikan yang dipilih Dew saat mereka jalan2 tempo hari. Song
mengamati gantungan kunci itu dengan perasaan galau. Ia memasukkan
kembali gantungan kunci itu ke dalam kotak dan menghela nafas berat.
Song benar2 risau memikirkan Dew.
Sementara itu, Champ, Arm dan Tod asyik bermain2 di belakang Song.
Arm memakai mainan lompat untuk menarik perhatian dua gadis yang sedang
asyik menikmati sore di bukit itu. Champ dan Tod tertawa melihat tingkah
Arm yang mendekati kedua gadis itu dan berusaha merayunya dengan bahasa
isyarat (aku bingung sendiri, nih Arm bisu-nya kadang2).
Tod memalingkan wajah dan didapatinya Song sedang melamun. Tod merasa
ada yang aneh pada sahabatnya itu. Nick lalu mengajak Tod menghampiri
Song. Arm yang gagal merayu kedua gadis tadi, ikut menghampiri Song yang
sedang galau. Mereka bertiga lalu duduk di samping Song. Nick bertanya
ada apa dengannya? Ia beranggapan kalau Song seperti orang yang sedang
patah hati saja. Song membantah anggapan Nick. Tod menimpali kalau
ucapan Song itu omong kosong. Ia meminta Song untuk tersenyum. Song
mencoba tersenyum, tapi malah terlihat aneh karena senyumnya terlihat
dipaksakan. Tod menggeleng melihat senyum terpaksa Song.
“Hei, kalian berdua tunjukkan padanya cara tersenyum,” perintah Tod
pada Nick dan Arm. Nick dan Arm lalu menunjukkan senyum lebarnya.
Bukannya membuat Song tersenyum, tingkah mereka berdua malah membuat Tod
mengumpat karena senyum mereka berdua malah membuat mereka berdua tetap
terlihat bodoh. “Jika aku bodoh, kau lebih bodoh lagi!” seru Nick pada
Tod seraya tertawa lebar. Bukannya marah, Tod malah ikut tertawa. Alih2
ikut tertawa mendengar gurauan teman2nya, Song tetap dengan ekspresi
galaunya. Teman2nya mulai khawatir melihat Song. Nick menepuk pundak Arm
dan Song, mengajak mereka pergi ke tempat lain. Arm beranjak mengikuti
Nick, sementara Song dan Tod tidak beranjak sama sekali.
Tod mengamati Song yang terus melamun. Tod menepuk pelan pundak Song.
“Song. Dia tidak akan jadi satu2nya gadis dalam hidupmu. Jika kau tak
punya siapa2, kau masih punya kami,” ujar Tod memberi semangat Song
seraya beranjak pergi. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik memanggil
Song. Song mengangkat wajahnya. Tod mengulurkan tangan pada Song. Song
akhirnya tersenyum dan menerima uluran tangan Tod. Mereka akhirnya
berhasil membuat Song tersenyum dan menghilangkan rasa galaunya. Mereka
lalu pergi meninggalkan bukit itu.
Malam harinya, Geng Sprem naik mobil Gun menuju klub malam untuk
bersenang2. Song bernyanyi dengan riang di mobil, sepertinya dia sudah
melupakan soal Dew. Saat mobil Gun melewati sebuah hotel, Song melihat
pacar kakaknya, Natt, sedang bersama wanita lain beserta teman2nya di
café hotel. Song meminta Gun menghentikan mobilnya. Song lalu turun dari
mobil dan mengamati Natt dan teman2nya dari samping café. Teman2nya
ikut turun dari mobil. Gun bertanya ada apa. Dengan emosi Song menunjuk
ke arah café dan berkata kalau pria yang sedang bermesraan dengan
seorang wanita itu adalah pacar kakaknya. Nick bertanya apa wanita itu
temannya? Kla menimpali kalau wanita itu mungkin pacar yang sebenarnya
(berarti kakaknya Song cuman selingkuhan dong ya?). Tod malah semakin
memanas-manasi Song, ia menduga kakaknya Song hanya dijadikan mainan
oleh pacarnya. Teman2nya tampak kesal mendengar ucapan Tod, Champ
meminta Tod menjaga ucapannya.
Gun bertanya apa yang akan Song lakukan? Song hanya terdiam. Melihat
sikap diam Song, Gun menarik Tod untuk memberi pelajaran pada pacar
kakaknya itu. Teman2nya yang lain mengikuti. Nick berusaha menahan
teman2nya. Ia yang memang pada dasarnya penakut, mulai panik.
Song
dan yang lainnya menghampiri Natt. Natt merasa heran melihat kehadiran
Song dan teman2nya. “Mengapa kau lakukan ini pada kakakku?!” tanya
Song emosi. Pacar Natt yang bingung dengan maksud Song, bertanya pada
Natt siapa dia? Natt menenangkan pacarnya dan pura2 tidak mengenal Song.
Natt lalu mengajak teman2nya pindah ke tempat lain. Natt menarik
pacarnya pergi dari tempat itu. Gun tidak habis pikir kenapa Song
membiarkan Natt pergi begitu saja. Song yang marah karena diabaikan
berusaha menahan Natt, tapi Natt malah mendorongnya hingga terjatuh ke
aspal. Gun tidak terima temannya diperlakukan seperti itu, ia pun
menghajar Natt. Teman2 Natt yang masih berada di dalam café terkejut,
mereka beranjak untuk membantu Natt. Tapi Geng Sperm menghalangi mereka.
Perkelahian pun tak dapat terelakkan. Nick yang ketakutan makin
panik. Bukannya membantu teman2nya, ia malah berlari masuk ke dalam
mobil, mengencangkan volume musik, lalu mengunci pintu mobil. Ia
bersembunyi di jok belakang. Salah seorang tamu hotel lalu menghubungi
polisi, mengabarkan tentang perkelahian di depan hotel itu.
Tidak lama kemudian, terdengar sirene polisi. Gun yang menyadari hal
itu berteriak pada teman2nya kalau polisi datang. Mereka semua panik
lalu lari menuju mobil Gun. Mereka menggedor pintu mobil, memanggil2
Nick, meminta dibukakan pintu. Tapi karena musik yang diputar Nick
terlalu kencang, ia tidak mendengar panggilan teman2nya. Mereka semua
semakin panik karena Nick tak kunjung membuka pintu mobil. Nick akhirnya
mengangkat kepalanya dan menyadari kepanikan teman2nya, ia pun membuka
pintu mobil. Tapi terlambat, polisi sudah keburu memborgol teman2nya.
Mereka hanya bisa pasrah digiring ke kantor polisi.
Geng Sperm bermalam di sel di kantor polisi. Mereka semua tampak
duduk termenung meratapi kesialan mereka kali ini. Sesekali mereka
melirik Nick yang tertunduk lesu. Nick menyadari ini semua karena
kesalahannya. Kla yang kesal bangkit dan melayangkan tinjunya ke wajah
Nick. Gun berusaha melindungi Nick, ia tidak habis pikir dengan sikap
Kla yang tiba2 emosi seperti itu. Kla menyalahkan kebodohan Nick yang
mengunci pintu mobil sehingga mereka terlambat kabur dan akhirnya
ditahan di sel itu. “Dia teman kita, kawan,” ucap Gun mengingatkan. Kla
yang emosi tidak mengindahkan ucapan Gun dan terus menyalahkan Nick.
Nick bangkit seraya memegang wajahnya yang terluka karena pukulan Kla.
“Kau pikir yang dia lakukan benar? Pengecut ini membuat kita dalam
masalah,” seru Kla kesal. Champ menghampiri Kla, ia bertanya apa Kla
masih mau melindungi Nick?! Tidak berarti Kla harus memukul Nick. Alih2
mendengar nasihat Champ, Kla malah mendorongnya dengan kasar. Kla
berseru apa teman2nya itu melindungi Nick? “Baik. Aku memang sampah. Aku
bukan sahabat sejati. Tapi akulah yang selalu berkelahi bersamamu dan
tak pernah lari!” seru Kla kesal pada Gun. Gun yang mengerti kalau
sahabatnya itu sedang emosi berusaha menenangkannya dengan memegang
pundaknya, tapi Kla malah menyingkirkan tangan Gun dengan kasar.
“Gun, kau yang mendirikan geng kita. Kau ingat kita siapa? Kau bilang
kita semua pemenang. Kita adalah sperma yang terkuat, lebih kuat dari
jutaan sperma lainnya. Itu sebabnya kita terlahir,” ujar Kla yang
membuat teman2nya tertegun. Kla lalu menunjuk Nick, ia menganggap kalau
Nick hanyalah seorang pengecut. Bagaimana bisa ia berada di dalam geng
mereka?
“Tapi dia teman kita, kawan,” ujar Gun kembali mengingatkan.
“Aku yakin Nick juga tidak mau berakhir jadi seperti ini,” timpal Song.
Mendengar ucapan Song, Kla marah dan menunjuk Song agar jangan ikut
campur karena dia hanya orang baru. Song mundur perlahan melihat
kemarahan Kla. Kla menatap Nick dan berteriak marah, “Nick, sebaiknya
kau tinggalkan geng ini. Pergilah!” Gun yang dari tadi menahan emosinya
akhirnya ikut marah dan berteriak agar Kla berhenti berkata seperti itu.
Gun emosi dan mendorong Gun dengan kasar seraya memakinya. Tapi
pertengkaran mereka dilerai oleh petugas polisi yang menyampaikan kalau
mereka sudah ditebus seraya membuka kunci sel. Gun dan Kla saling
memandang dengan penuh emosi. Melihat mereka semua tidak beranjak
keluar, petugas itu tampak kesal dan berkata jika mereka tidak mau
keluar mereka tinggal di sel itu saja.
Kla keluar duluan seraya mendorong Arm yang menghalangi jalannya
dengan kasar. Teman2nya hanya bisa terdiam melihat tingkah Kla. Tod
melirik kesal pada Nick yang terus tertunduk merasa bersalah.
Di ruang tunggu, para orang tua sedang menunggu anak2 mereka
dibebaskan. Kla berjalan tertunduk menuju ruang tunggu, menghampiri
orang tuanya. Seorang wanita yang bergaya sedikit glamour beranjak dari
duduknya saat melihat kedatangn Kla. Tiba2 wanita itu melayangkan
tamparan ke wajah Kla. Kla hanya bisa terdiam saat wanita yang ternyata
ibunya itu memarahinya dengan kesal. “Mau jadi apa kau? Kau mau jadi
gangster? Siapa yang mengajarmu jadi seperti ini. Jika kau ingin jadi
gangster, tak usah pergi ke kampus lagi,” serunya. Ibu Champ berusaha
mengingatkan Ibu Kla agar ia tenang, tapi ibu Kla malah menampiknya dan
meminta Ibu Champ mengajari anaknya sendiri. Ibu Champ sampai terkejut
mendengar ucapan Ibu Kla yang sedikit kasar itu.
Ibu Kla menarik Kla dengan kasar, mengajaknya pulang. Ia berhenti
sesaat menatap geng Sperm dan mengupat mereka. Geng Sperm hanya bisa
terdiam mendengar umpatan Ibu Kla. Ibu Kla pergi dari tempat itu dengan
keadaan marah. Satu persatu para orang tua itu pulang bersama anak2nya.
Arm bersama ayahnya, Champ dan Nick bersama ibu mereka masing2.
Tinggalah Gun, Song dan Tod di tempat itu. Gun celingak celinguk tampak
mencari2 seseorang. Sekretaris ayah Gun yang sedari tadi duduk,
akhirnya berdiri dan menanyakan kabar Gun. Gun tidak merespon sapaan
Sekretaris ayahnya itu, ia terus melirik ke belakang Tuan Sekretaris,
mencari2 seseorang. Tuan Sekretaris tampak bingung melihat tingkah Gun
dan ikut melirik ke belakang. Akhirnya Tuan Sekretaris menyadari apa
yang sebenarnya Gun cari.
“Ayah dan ibumu masih di Singapura sekarang,” terang Tuan Sekretaris.
Gun tertunduk lesu, rasa kecewa teraut jelas di wajahnya. Ia merasa
sedih melihat orang tua teman2nya menjemput anak2nya, sedangkan orang
tuanya malah mengirim Sekretarisnya untuk menjemputnya. Gun benar2
merasa dikecewakan untuk yang kesekian kalinya oleh orang tuanya
sendiri. Tidak adanya perhatian yang orang tuanya berikan pada Gun lah
yang membuat Gun menjadi seperti sekarang ini, selalu terlibat masalah.
Namun Gun tidak mau bersedih berlama2, ia berbalik dengan cepat
menatap kedua temannya. Ia bertanya pada Song bagaiamana ia akan pulang?
Apa Song perlu tumpangan? Song berpikir sejenak. “Aku tak mau pulang
sekarang. Bolehkah aku menginap di tempatmu?” tanya Song yang diiyakan
Gun. Tod bertanya bolehkah? Gun membenarkan. Ia lalu mengajak kedua
sahabatnya meninggalkan tempat itu untuk menginap di rumahnya. Tuan
Sekretaris diabaikan oleh Gun, “Tuan Gun, haruskah kita….tunggu,” ujar
tuan Sekretaris bingung. Tapi ia hanya bisa pasrah melihat sikap tuan
mudanya itu.
Di rumah Nem, Ibu sedang bersedih. Ia membelai sayang pigura foto
dirinya dan putra semata wayangnya, Oak, yang kini telah tiada. Nem yang
baru pulang dari kampus, terkejut mendapati ibunya sedang menangis. Nem
merasa sedih melihatnya, ia lalu duduk di samping ibunya.
“Ibu, mengapa kau menangis lagi?” tanya Nem sembari mengambil foto
itu dari tangan ibunya lalu meletakkannya di atas meja. Ibu tidak
menjawab pertanyaan Nem. Ia lalu merangkul Nem dan membelai rambutnya
dengan sayang. Nem balas memeluk erat ibunya.
“Oak seharusnya tidak
mengenal sialan itu,” ucap Nem sedih. Ia masih merasa marah karena
merasa kematian kakaknya dikarenakan mengenal Gun. Ibu terkejut
mendengar ucapan Nem barusan. “Jangan bilang begitu,” ucap ibu
mengingatkan. Nem menatap ibunya dengan tatapan kesal, “Apa aku bilang
sesuatu yang salah? Jika Oak tidak pergi dengannya….”
Ucapan Nem
terpotong mendengar seruan ibu. “Nem! Jangan salahkan Gun! Kau tahu…dia
sangat menyayangi kakakmu.” Ibu lalu menceritakan saat Ibu yang baru tau
kalau Oak kecanduan narkoba.
= Flashback =
Oak sedang membongkar laci, mencari2 sesuatu dengan
terburu2. Ia lalu menemukan kaleng berisi uang hasil jualan ibunya. Ia
tersenyum senang. Tiba2 ibu datang dan melihat kelakuan Oak. Ia terkejut
dan bertanya apa yang Oak lakukan seraya berusaha mengambil kembali
uang jualannya dari tangan Oak. Oak meminta ibunya melepaskan tangannya
dan menepis tangan ibunya dengan kasar. Ia lalu pergi meninggalkan
ibunya yang menangis sedih melihat kelakuannya. Ibu lalu menghubungi
Gun, meminta bantuannya agar membawa pulang Oak kembali ke rumah.
Oak dipukuli beberapa orang hingga babak belur. Saat Gun tiba, ia
menemukan Oak sedang dipukuli oleh orang2 yang ternyata para pengedar
narkoba tersebut hingga wajahnya berlumuran darah. Gun berusaha
menyelamatkan Oak, tapi para pengedar itu keburu lari melihat kedatangan
Gun.
Gun lalu menghampiri Oak yang sudah tidak sadarkan diri dengan darah
yang mengalir dari kepalanya. Gun berteriak memanggil2 nama Oak,
berusaha menyadarkannya. Tapi terlambat, Oak sudah menghembuskan nafas
terakhirnya. Gun menangis melihat kepergiaan sahabat yang disayanginya
tersebut. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa Gun hanya diam saja
menghadapi kemarahan Nem padanya. Ia juga merasa bersalah karena tidak
berhasil menyelamatkan sahabatnya itu.
= Flashback End =
== Bersambung =
DON’T REPOST TO OTHER SITE!!!!!!!!!!!!